Salah satu pertimbangan mendasar bagi Golkar untuk "bercerai" dengan Demokrat, menurut Burnap karena lemahnya kekuatan politik yang dimiliki partai itu di parlemen“Dengan cara seperti sekarang, sulit bagi Golkar untuk berbuat,” kata Burhanuddin Napitupulu, dalam diskusi "Wacana 23 dari Slipi", yang digelar di kantor DPP Golkar Jakarta, Selasa (3/3).
Selain Burnap, diskusi bertema “Fenomena Blok M, S dan J dalam Politik Indonesia” itu juga menampilkan Presiden PKS Tifatul Sembiring, Sekjen DPP PDIP Pramono Anung Wibowo, Ketua Fraksi PD DPR Syarif Hasan, dan Ketua DPP PPP Emron Pangkapi sebagai narasumber.
Menurut Burnap, posisi yang saat ini diduduki oleh Partai Golkar yang menempatkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla sebagai Wapres, menuai protes dari seluruh DPD propinsi
BACA JUGA: Perppu Pemilu Legislatif Batal Diparipurnakan
“Oleh karena itu, kami harus cepat dalam mengambil keputusan mencari capres, dan menguasai parlemen guna mewujudkan pemerintahan yang kuat,” kata Burnap.Selama ini, lanjut Burnap pula, kepemimpinan SBY-JK terlalu sibuk mengurus politik sebagai konsekuensi lemahnya posisi PD di legislatif
Sementara itu Pramono Anung Wibowo mengajak semua parpol untuk mensyukuri adanya “angin Bahorok” hingga memunculkan blok baru yang saat ini dikenal dengan Blok J.
“Kalau tidak ada 'angin Bahorok', maka blok yang muncul itu hanya dua, yakni Blok M dan Blok S
BACA JUGA: Kapolri: Semua TPS di Aceh Rawan
Tapi begitu 'angin Bahorok' melanda perpolitikan Indonesia, maka muncul lagi Blok J yang diusung oleh Partai Golkar,” ujar Pramono.PDI Perjuangan, lanjut Pramono, dalam hal ini secara khusus tentu mengucapkan terima kasih kepada Achmad Mubarak (Ketua DPP PD)
Namun, lanjutnya pula, kehadiran banyak blok itu tidak menjadi hal yang penting bagi PDIP
BACA JUGA: Kalla Gerilya Dukungan di Jabar
“Kami lebih cenderung untuk memenangkan pertarungan ketimbang kondisi blok-blok-anSebab Pemilu 2009 ini akan berjalan di bawah sistem yang terumit di dunia, dan di bawah ancaman tingginya angka golput,” tuturnya.Namun dari semua kerumitan dan tingginya ancaman golput itu, jelas Pramono lagi, rakyat hanya akan terpecah dalam dua kelompokPertama kelompok yang puas, dan kedua yang kecewaDan menurutnya, bagi yang tidak puas, tempatnya adalah partai oposisi sejati yang selama ini diperankan oleh PDI-Perjuangan.
“Jika memang benar rakyat menginginkan pemerintahan yang kuat dan didukung oleh parlemen, maka jawabannya adalah koalisi permanen antara PDI-P dan Golkar,” usul Pramono.
Di tempat yang sama, Presiden PKS Tifatul Sembiring menilai munculnya ketiga blok itu menguntungkan PKS“Blok M, Blok S dan Blok J, ketiganya adalah partai nasionalisJika mereka ingin memenangkan pertarungan, koalisinya harus dengan partai Islam, yakni PKS,” kata Tifatul pula.
Walau demikian, Tifatul juga menyebutkan ada beberapa logika koalisi yang perlu diwaspadaiPertama, katanya, adalah logika share"Jika koalisi terlalu gemuk, ini tidak akan efektifDemikian juga sebaliknya, terlalu kurus sangat tidak stabil," jelasnya.
Yang kedua, masih menurut Tifatul, adalah logika keterdesakan"Karena terlalu memilih-milih, akhirnya tidak kunjung dapat jodohJika dapat jodoh dan menang dalam bertarung, pasti akan terjebak bagi-bagi kekuasaan," tuturnya(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawaslu Pecat 16 Panwas
Redaktur : Tim Redaksi