jpnn.com - Golongan darah rupanya bisa memiliki implikasi serius yang berkaitan dengan keselamatan dari cedera serius.
Para peneliti telah menghubungkan golongan darah O dengan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi dari trauma berat dalam sebuah penelitian terhadap 901 pasien darurat.
BACA JUGA: 7 Resep Rumahan yang Efektif Atasi Sakit Kepala
Dalam laporan Critical Care, para peneliti mengungkapkan bahwa cedera serius (yang cukup buruk untuk membunuh atau menyebabkan kecacatan jangka panjang) membunuh orang dengan golongan darah O hampir tiga kali lipat dari golongan darah lainnya.
"Literatur sebelumnya menunjukkan golongan darah ini mungkin menempatkan pasien pada risiko perdarahan yang lebih besar," kata salah satu penulis penelitian, Wataru Takayama, seperti dilansir laman MSN.
BACA JUGA: Ini yang Perlu Anda Ketahui tentang Kanker Kulit
"Kehilangan darah adalah penyebab utama kematian pada pasien dengan trauma berat tetapi studi tentang hubungan antara jenis darah yang berbeda dan risiko kematian akibat trauma telah langka," tambah Takayama.
Dalam penelitian catatan medis ini, 28 persen pasien golongan darah O dengan cedera serius meninggal dibandingkan dengan 11 persen dari mereka dengan golongan darah lainnya.
BACA JUGA: 5 Penyebab Demam pada Ibu Hamil
Sekitar 45 persen orang kaukasia, 51 persen orang Afrika-Amerika dan 57 persen orang Hispanik adalah tipe O, laporan Palang Merah Amerika.
Para peneliti berpikir tingkat yang lebih rendah dari agen pembekuan darah yang disebut von Willebrand factor (vWF) mungkin menjelaskan tingkat kematian yang lebih tinggi.
Tim peneliti juga berpikir lebih banyak penelitian diperlukan dalam dampak darah tipe O pada pasien transfusi darurat. Saat ini, darah negatif O digunakan sebagai golongan darah universal.
"Hasil penemuan kami menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana transfusi darurat sel darah merah tipe O ke pasien trauma parah bisa memengaruhi homeostasis-proses yang menyebabkan perdarahan berhenti —dan jika ini berbeda dari golongan darah lainnya," pungkas Takayama.
Seperti semua studi ilmiah, penelitian ini terbatas. Semua pasien termasuk orang Jepang, misalnya.
Lebih banyak penelitian akan diperlukan untuk melihat apakah hasil ini berlaku di kelompok etnis lain.(fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Atasi Sindrom Menopause dengan 6 Langkah Mudah Ini
Redaktur & Reporter : Fany