jpnn.com - JAKARTA - Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang telah usai. Namun sepertinya urusan belum tuntas, terbukti masih ada jurang antar dua kubu yang berkepentingan.
Polemik di tubuh organisasi Islam yang berdiri pada 31 Januari 1926 ini masih ada. Hal ini mengundang simpati dari Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid.
BACA JUGA: Kejaksaan Yakini TP4 Bakal Membuat Pejabat Pemerintahan Lebih Nyaman Gunakan Anggaran
Nusron mengimbau agar pengurus NU, dari PB sampai ranting kembali fokus melakukan pendampingan dan pelayanan warga NU.
"Tidak perlu lagi memperpanjang urusan Muktamar di Jombang. Sudah tutup buku. Sudah selesai. Tidak ada manfaatnya diperbincangkan terus. Umat sudah menanti kiprah NU yang lebih konkret dalam menjawab perubahan dan dinamika masyarakat," kata Nusron, Sabtu (8/8).
BACA JUGA: Fadli Zon Usul DPRD Tetapkan Calon Tunggal jadi Kepala Daerah Terpilih
Sosok yang juga menjadi salah satu anggota formatur dalam Muktamar ke-33 itu mengungkapkan, sebagai organisasi keagamaan yang terbesar dan sudah berpengalaman, bagi NU sudah terbiasa menghadapi perbedaan pendapat dan dinamika pemikiran, termasuk dalam pelaksanaan muktamar.
"Di NU itu beragam model tokoh. Kalau ada konflik dan gesekan itu biasa, tapi nanti sejalan dengan waktu juga baik lagi," ujarnya.
BACA JUGA: Mensos Tegaskan Tiga Kartu Sakti sebagai Strategi Wujudkan Trisakti
Dan yang harus segera disadari oleh NU sekarang ini, lanjut dia, adalah bahwa bangsa Indonesia dan dunia butuh NU. Karena itu, sudah saatnya semua tokoh NU untuk bersatu dan bersinergi.
Dengan kebutuhan bangsa ke depan terhadap NU untuk bersinergi itulah, Nusron menilai justru tidak mencerminkan sikap NU ketika masih ada pihak-pihak yang kecewa dan dan ingin menggugat hasil Muktamar.
"Sikap seperti itu bukan cerminan sikap NU. Saya tidak yakin Pak Hasyim (Hasyim Muzadi) akan melakukan itu. Beliau orang hebat, pasti legowo. Beliau tokoh besar sudah banyak membangun NU, tidak mungkin akan merusaknya," terang Nusron.
Terlebih, lanjut Nusron, Muktamar memang sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang disepakati muktamirin. Menurut Nusron, voting 252 yang mendukung Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) sementara yang menolak 235. Jadi, dengan demikian maka bisa disimpulkan bahwa sebagian besar memang tidak menghendaki Hasyim Muzadi menjadi Rois Aam.
"Memang maqom nya beliau tidak disitu. Ini jalan dan ketentuan Allah SWT. Saya yakin kalau pemilihan pun, yang tidak setuju Ahwa belum tentu memilih Pak Hasyim," tuturnya.
Untuk itu, tambah dia, daripada ribut terus menerus soal Muktamar, lebih baik NU fokus mengatasi gagal panen para petani akibat kemarau panjang ini. "Bukankah sebagian besar petani warga NU. Kapan diurusnya kalau hanya ribut soal Muktamar. Kayak kurang kerjaan saja. Dan kalau ribut terus kesannya kan kalau orang-orang itu memang tidak ada pekerjaan lain, kecuali Muktamar," katanya. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah Prabowo Nilai Jokowi Tidak Visioner
Redaktur : Tim Redaksi