Granit Impor Marak, Pendapatan Produsen Keramik Anjlok 30 Persen

Rabu, 14 Desember 2016 – 20:32 WIB
Ilustrasi. Foto: Radar Madura/JPNN

jpnn.com - SURABAYA –PT Platinum Ceramics Industry belum bisa memulihkan penjualan hingga menjelang akhir tahun.

Alih-alih meningkat, penjualan Platinum malah melorot 15-20 persen karena perang harga dengan granit impor.

BACA JUGA: BCA Optimistis Salurkan KPR Hingga Rp 4 Triliun

Director Sales & Distribution Platinum Ceramics Industry Welly Sentosa mengungkapkan, granit impor saat ini tidak hanya bersaing head-to-head dengan granit lokal.

Granit impor juga sudah menyerang pasar keramik lokal. Alasannya, selisih harganya tidak terpaut jauh.

BACA JUGA: KPPU Endus Kartel 6 Perusahaan Kapal Singapura

’’Konsumen tentu lebih memilih granit impor jika harganya lebih murah daripada keramik. Trennya memang mulai beralih ke granit,’’ katanya kemarin (13/12).

Selain merajalela di kawasan perkotaan, granit impor mulai masuk ke wilayah pinggiran.

BACA JUGA: 3 Sektor yang Bakal Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 2017

Karena itu, produsen keramik meminta pemerintah membatasi pelabuhan impor granit.

’’Misalnya, barang impor hanya bisa masuk pelabuhan tertentu, tidak semua pelabuhan di setiap daerah,’’ ujar Welly.

Bila granit impor masih harus didistribusikan ke daerah yang cukup jauh, harganya dapat terkerek naik.

Sebab, mereka masih harus membayar ongkos logistik dari pelabuhan ke daerah tersebut.

Setahun terakhir, harga granit impor dari Tiongkok terpangkas 20 persen.

Maraknya granit impor dari Tiongkok juga membuat granit impor dari Vietnam tidak berdaya.

’’Selisih harga granit impor dari Tiongkok lebih murah 20–30 persen kalau dibandingkan dengan dari Vietnam. Dulu ada juga dari Vietnam, tapi sekarang sudah berkurang,’’ jelasnya.

Lantaran pertumbuhan ekonomi berkontraksi, Tiongkok mengalami kelebihan produksi granit.

Meski produksi telah dipangkas 30 persen, pasokan tetap berlebihan.

Karena itu, Tiongkok gencar mengekspor granit ke negara lain, termasuk Indonesia.

Welly menyatakan, kondisi pasar keramik di dalam negeri juga sedang oversupply sehingga banyak perang harga yang terjadi di pasar domestik.

Pendapatan produsen keramik dalam negeri pun anjlok lebih tajam hingga mencapai 25–30 persen.

’’Banyak produsen keramik lokal yang substitusi ke produk menengah ke bawah. Pasar kami juga makin menyasar kalangan menengah ke bawah,’’ terangnya.

Produsen saat ini masih menantikan penurunan harga gas industri untuk industri keramik.

Selain itu, produsen mengandalkan dana APBD untuk proyek pembangunan fasilitas umum seperti puskesmas, rumah sakit, maupun sekolah untuk menggenjot penjualan.

’’Situasi politik juga cukup memengaruhi penjualan keramik. Prediksi kami untuk tahun depan, kondisi pasar keramik mulai bangkit pada semester kedua,’’ tandas Welly. (vir/c14/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Januari, Harga Solar Berpotensi Naik Rp 500 Per Liter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler