jpnn.com - GORONTALO - Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie terus berupaya mengatasi persoalan krisis listrik di wilayahnya. Setelah pada Selasa (4/11) lalu Rusli memaparkan kondisi kelistrikan di Gorontalo kepada Presiden Joko Widodo, keesokan harinya (5/11), gubernur kelahiran 6 Juni 1963 itu langsung menggelar rapat dengan pihak PLN dan satuan kerja perangkat dinas (SKPD) untuk membahas persoalan listrik biarpet yang menjadi keluhan masyarakat.
Menurut Rusli, dirinya ingin ada solusi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang atas krisis listrik di Gorontalo. “Untuk jangka pendek, saya minta ke PLN agar masalah listrik tidak padam lagi hingga akhir tahun ini. Turunnya pasokan daya dari sejumlah pembangkit agar segera bisa diatasi secepatnya. Jangka menengah, saya minta diinventaris kemampuan daya listrik kita, apa kendalanya termasuk jadwal realisasinya. Data ini selanjutnya akan kami paparkan ke pemerintah pusat,” katanya.
BACA JUGA: KPK Soroti Alih Fungi Lahan Hijau Kali Code untuk Hotel
Di Provinsi Gorontalo sebenarnya terdapat sejumlah pembangkit baru dengan daya cukup besar. Namun, hingga kini penggunaannya belum optimal.
Misalnya, PLTU Molotabu yang seharusnya bisa menghasilkan daya 2 x 12,5 megawatt, namun baru satu mesin yang beroperasi. Ada juga proyek pembangunan PLTU Anggrek dengan daya 2 x 25 MW yang ditargetkan selesai Maret 2015 namun diprediksi molor hingga akhir 2015. Sedangkan pada 2015 nanti, PLN juga berencana membangun PLTG di Kabupaten Pohuwato dengan daya 2x20 megawatt.
BACA JUGA: Media Diminta Turut Promosikan Program Desa
“Untuk jangka panjang, kita punya data rencana pembangunan Waduk Bone Hulu. Data ini nanti kita akan serahkan ke PLN supaya bisa dikalkulasi berapa potensi daya listrik yang bisa dihasilkan dari waduk itu. Ini penting agar ke depan pasokan listrik kita semakin baik,” imbuhnya.
Berbagai persoalan krisis listrik ini selanjutnya akan dipaparkan Rusli Habibie di depan sejumlah menteri terkait. Di antaranya Kementrian ESDM, Bappenas dan Kementrian PU.
BACA JUGA: Minta Hujan, Warga Rela Berdarah
Rusli berharap agar persoalan listrik mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat, termasuk pembangunan Waduk Bone Hulu untuk mendukung peningkatan daya listrik daerah.
Sementara Manajer PLN Wilayah Suluttengo, Santoso Januwarsono menjelaskan, krisis listrik yang terjadi di Gorontalo dan Sulawesi Utara (jaringan interkoneksi) terjadi di luar dugaan. Salah satunya disebabkan oleh faktor kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan sejumlah pembangkit listrik mengalami penurunan daya yang signifikan.
Untuk PLTA Danau Tondano misalnya, harusnya dapat memasok daya listrik sebesar 48 MW. Namun, ini hanya bisa memasok 22 MW.” Itu pun hanya bisa beroperasi selama lima jam. Angka itu di luar prediksi kami yang biasanya jika musim kemarau hanya turun menjadi 30 megawatt,” ujarnua.
Demikian pula dengan PLTPB Lahendong, dari total 80 megawatt daya yang bisa dihasilkan, sejak awal Oktober lalu turun menjadi 45 megawatt. “Kemarau tidak saja menyebabkan uap yang keluar menjadi menurun, tetapi juga mengandung NSG (non condensate gases/gas yang tidak bisa dikondensasi),” terang pria yang akrab disapa Janu itu.
Krisis tersebut makin diperparah dengan kondisi PLTU Amurang yang kini mengalami perbaikan. Dari dua mesin yang beroperasi masing masing 1x20 megawatt, hanya satu mesin yang berfungsi sedangkan satu mesin lagi dalam perawatan.(adv)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nostalgia Bareng Fariz RM dan Deddy Dhukun di Jazz Ijen Banyuwangi
Redaktur : Tim Redaksi