Gubernur Sulsel Tegaskan Pulau Lantigiang Kawasan Nasional, tidak Diperjualbelikan

Rabu, 03 Februari 2021 – 19:54 WIB
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah saat meninjau Pulau Lantigiang Selayar menggunakan helikopter didampingi Bupati Selayar, Rabu (3/02/2020). ANTARA Foto/HO-Humas Pemprov Sulsel.

jpnn.com, MAKASSAR - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah menyatakan Pulau Lantigiang di Kepulauan Selayar, Sulsel, tidak akan pernah diperjualbelikan.

Dia mengatakan pulau tersebut kembali secara utuh dan tengah melalui proses hukum.

BACA JUGA: Mabes Polri Didesak Ambil Alih Kasus Penjualan Pulau Lantigiang Selayar

"Saya kira soal pulau ini, insyaallah itu tidak akan mungkin bisa diperjualbelikan. Kepada seluruh masyarakat saya berharap Taman Nasional Takabonerate ini adalah kawasan strategis yang tentu kami lindungi," katanya usai meninjau Pulau Lantigiang, Selayar, menggunakan helikopter, Rabu.

Peninjauan telah dilakukan usai menerima laporan bahwa pulau yang berada di Kepulauan Selayar ini diperjualbelikan.

BACA JUGA: Polres Selayar Mulai Usut Jual Beli Pulau Lantigiang

Pulau ini berada di Kawasan Taman Nasional Takabonerate yang secara administrasi berada di wilayah Desa Jinato. Pulau itu memiliki luas sekitar 5,6 hektare.

Pulau tersebut memiliki atol yang menarik, didominasi oleh tumbuhan jenis cemara laut, santigi pasir dan ketapang.

BACA JUGA: Sukamta Minta Pemerintah Segera Tuntaskan Investigasi Temuan Drone Laut di Selayar

Juga menjadi tempat bertelur satwa liar dilindungi jenis penyu.

"Saya kira tidak akan mungkin untuk dibeli oleh siapa pun karena sudah menjadi kawasan nasional," kata Nurdon didampingi oleh Bupati Selayar Muhammad Basli Ali.

Ia menjelaskan ada warga  Selayar menikah dengan orang Jerman kemudian mencoba melakukan negosiasi pembelian dengan kepala desa.

Namun, kata dia, pulau tersebut telah kembali secara utuh dan sekarang dalam proses hukum.

Terdapat rencana bahwa pulau tersebut akan dibangun resort di atas atol.

"Pulaunya sendiri tidak jadi (dijual) karena memang baru panjar Rp 10 juta. Tidak akan mungkin ada aparatur pemerintah yang bisa membuat transaksi itu. Makanya, saya datang ke sana memastikan," ujar Nurdin.

Dia menyebut Pulau Lantigiang masih alami.
Nurdin juga membantah pulau itu dimiliki oleh warga yang mengklaim memiliki pulau tersebut.

Warga mengklaim memiliki lahan dengan dasar telah menanam pohon kelapa di sana.

Selain mengunjungi Pulau Lantigiang, Nurdin juga melakukan kunjungan ke Pulau Kayuadi untuk melihat dari dekat rencana pembangunan lapangan udara sebagai infrastruktur pendukung pariwisata.

"Kami juga mengunjungi Kayuadi untuk melihat rencana pembangunan airport karena memang terdapat atol terbesar ketiga dunia, itu ada di Taka Bonerate. Itu akses menuju ke Taman Nasional. Ini luar biasa taman nasional kita," katanya.

Nurdin berharap pembangunan bandara itu bisa dilanjutkan.

"Saya berharap pembangunan airport yang sudah dilakukan sebelumnya, itu akan rencana kami akan melanjutkan," katanya. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler