Gubernur Terkagum-kagum, Sabu Raijua Kini Jauh Berubah

Kamis, 18 Agustus 2016 – 09:10 WIB
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya bersama Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome beserta jajaran pejabat Pemprov NTT dan pejabat Kabupaten Sabu Raijua, Sabtu (13/8)di Kabupaten Sabu Raijua, NTT. FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - KUPANG - Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Sabtu (13/8) lalu terkagum-kagum dengan perkembangan Kabupaten Sabu Raijua lima tahun terakhir.

Kehadirannya di Sabu, atas undangan pemerintah setempat. Frans diundang untuk meresmikan pabrik rumput laut di Desa Limaggu Kecamatan Sabu Timur.

BACA JUGA: Banjir Kembali Terjang Trenggalek, 4.991 Rumah Terendam

Maklum, Sabu Raijua memang memiliki pabrik pengolahan rumput laut terbesar di NTT. Kunjungan ke Sabu, adalah kali pertama setelah Lebu Raya terpilih menjadi gubernur NTT, kini periode kedua.

"Saya datang ke Sabu, saat dulu masih menjabat sebagai wagub. Saat itu hanya ada satu mobil, yakni mobil camat Sabu Barat. Kami numpang mobilnya dan dia yang nyetir. Itu satu-satunya mobil. Kini keadaan sudah jauh berbeda,” puji Lebu Raya di depan setidaknya seribu masyarakat dan undangan.

BACA JUGA: Cerai Gara-gara Istri Ngeri dengan Hobi Suami

Mereka yang hadir memenuhi undangan peresmian pabrik rumput laut, di antaranya anggota DPRD NTT, Wellem Kale, Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Jelamu, Kadis Perindag NTT Simon Sabon Tokan, Kepala Biro Humas Setda NTT Samuel Pakereng dan sejumlah undangan lainnya.

Hadir pula Wakil Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke, Ketua TP PKK Sabu Raijua, Ny Irna Dira Tome-Dai dan hampir seluruh pejabat Pemkab Sabu Raijua.

BACA JUGA: Sambut HUT RI, Tiga Kapal Asing Ditenggelamkan

Masih menurut Lebu Raya, ketika panen garam di lokasi tambak di Pantai Bali, Lebu Raya mengakui keunggulan Sabu Raijua saat ini.

“Dulu saya datang, saya temui banyak kesulitan, tapi kini saya lihat ada harapan, ada masa depan di Sabu. Lahan kita masih sangat luas, agar dimanfaatkan secara baik.”

Lebu Raya mengakui, dia sudah melihat pesatnya kemajuan di Sabu Raijua, dan itu adalah buah dari sebuah kerja keras. Jalannya sudah lebar tidak seperti dulu, begitu pula sejumlah infrastruktur lain, sudah perlahan berubah.

Saat itu, Lebu Raya tak menyembunyikan rasa bangganya pada etos kerja orang Sabu. Baginya, orang Sabu itu pekerja keras dan ulet.

“Karakternya terbaca dalam kesehariannya, yakni ketika dia mengiris tuak. Saat dia mau mencapai puncak, dia tidak melukai yang di bawahnya. Tidak sedikit pun batang tuak dilukai, sehingga ada batu atau kayu yang diikat di batang tuak. Itulah filosofi orang Sabu. Dia ulet, namun santun,” tegas Lebu Raya.

Tak berhenti di situ. Dia pun membuka sejumlah fakta, bahwa Sabu itu memiliki nama besar. Banyak orang hebat asal Sabu di perantauan.

“Karena itu kalian harus tunjukkan bahwa kalian hebat. Ajaklah mereka yang sukses di rantau itu untuk ke Sabu dan melihat kemajuan di sini.”

Terkait potensi rumput laut yang sementara digalakkan, Lebu Raya meminta agar terus dioptimalkan. Seluruh gebrakan yang sudah dibuat Bupati Sabu Raijua Marthen Dira Tome, Frans meminta harus terus dilanjutkan. Karena masyarakat sudah merasakan manfaatnya. Potensi garam, rumput laut, dan pabrik air minum dalam kemasan yang dilabeli ‘OASA’ pun disebutnya sebagai sebuah peluang yang menjanjikan.

“Sabu harus maju. Potensi-potensi seperti garam, rumput laut dan beberapa lagi harus dioptimalkan. Saya lihat ada banyak potensinya. Nah, usaha-usaha seperti pabrik-pabrik ini harus dikelola secara baik. Biarkan mereka bertumbuh secara baik, harus ditangani oleh perusahaan. Agar bupatinya jangan pusing tiap hari pikir garam atau rumput laut terus tapi ada yang pasarkan, urus manajemennya,” tegas Lebu Raya.

Diakui, masih ada beberapa kekurangan, seperti bandara yang harus diperpanjang runwaynya, begitu juga dengan dermaga di Biu yang berskala kecil.

“Soal bandara, saya sudah disposisi, acc, dan semoga segera direalisasi. Namun menanti yang baru, pakai dulu yang ada. Dermaga juga, akan kita perhatikan,” ujar Frans.

Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome dalam sambutannya, menyanjung kehadiran Lebu Raya di Sabu Raijua. “Jujur, kami sangat senang dan bangga, hari ini Pak Gub (gubernur, red) sampai ke Sabu. Ketika saya ketemu Pak Gub hari ini, saya teringat lima tahun lalu sebelum dilantik, saya dan pak wabup ketemu, dan Pak Gub berpesan, NTT ini miskin, namun Sabu lebih miskin. Karena itu, tolong diurus secara baik. Seolah ada rasa sangsi. Namun ada harapan yang disampaikan, bahwa Pak Gub yakin, Sabu di tangan kami akan survive. Syukurlah, kini Sabu sudah lebih baik,” tegas Dira Tome.

Selama membangun Sabu Raijua, mereka menemukan banyak tantangan, apalagi kabupaten itu menurutnya, bukanlah negeri kun faya kun, atau negeri yang seolah semuanya bisa jadi dengan sulap.

"Selama ini kami jarang ikut pertemuan, kami berbeda dengan yang lain, sedikit-sedikit minta petunjuk lalu kerjanya tidak ada. Saya malu, ketemu Pak Gub dan tidak ada hasilnya. Hari ini, kita resmikan pabrik. Ini yang sudah kami kerjakan,” ungkap Dira Tome.

Dia berharap, Sabu Raijua hanyalah hulu dari optimalisasi potensi, sedangkan Pemprov NTT adalah hilirnya. Terkait operasional pabrik, dia sudah membuat edaran agar tidak boleh ada rumput laut yang keluar dari Sabu dengan harga tidak wajar.

"Harga rumput laut yang dijual petani tidak boleh dibawah Rp 7 ribu per kilo. Berapapun yang dihasilkan petani, kita beli, dan akan diolah di pabrik ini. Pembelinya sudah ada,”ujarnya.

Rumput laut yang dibudidaya petani adalah jenis cotonii merah dan hijau. Kini, sedang dibudidaya setidaknya ratusan ribu hektar, dan dikerjakan oleh hampir seluruh masyarakat pesisir.

Ke depan, pabrik ini menghasilkan 10-20 ton rumput laut kering per hari dengan nilai Rp 40-50 juta per ton. Seluruh pekerjanya adalah tenaga kerja lokal. Diakui, keuntungan produksi tak seberapa, namun berimbang dengan upaya menghidupkan petani lokal.

“Keuntungan kita tiga, yakni kita fasilitasi potensi rumput laut warga, kita ciptakan lapangan kerja dan mendatangkan PAD,” tegas Marthen seperti dilansir Timor Express (JPNN Group).

Sebelumnya, gubernur dan rombongan meninjau kantor bupati, dua titik ladang garam dan melakukan panen disana, meninjau pabrik air minum kemasan. Gubernur juga meninjau embung Guriola dan melakukan panen bawang merah di sana. Rombongan juga diajak meninjau pabrik pengolahan garam di Tulaika.(JPG/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 437 Narapidana di Maluku Utara Terima Remisi Saat HUT RI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler