jpnn.com, JAKARTA - Tim ini bisa dikatakan cukup konsisten semenjak promosi ke kompetisi kasta tertinggi pada 2009-2010 mereka tak pernah terlempar dari posisi 10 besar.
Bahkan, di era kompetisi resmi PSSI adalah IPL, tim berjuluk Kabau Sirah pernah menjadi juara pada edisi 2011-2012.
BACA JUGA: Terpuruk, Arema FC Terlempar ke Posisi Sembilan
Di era ISL, mereka pernah ada di posisi empat besar, dan pada masa dua wilayah di ISL 2014, tim yang lekat dengan nama pelatih Nilmaizar itu masuk ke posisi delapan besar. Di ISC A pun, meski tak memiliki skuat yang gemerlap bintang, mereka mampu berada di rangking delapan.
Sayang, pada era Liga 1 2017, Semen Padang harus terjerembab. Sempat memimpin klasemen Liga 1 pada pekan kedua dan ketiga, posisi mereka terus melorot sampai akhirnya finis di posisi ke-16 alias zona merah. Tentu saja, tim berjuluk Kabau Sirah tersebut harus menerima kenyataan pahit terdegradasi.
BACA JUGA: Faktor Usia Pemain Jadi Pemicu Persib Terpuruk Musim Ini
Apa yang salah? faktor monotonnya taktik mungkin yang menjadi senjata lawan untuk meredam permainan tim ini. Di bawah Nilmaizar yang sangat fasih menggunakan sistem klasik 4-4-2, Semen Padang sejatinya tak terlampau buruk dan bisa berkali-kali mengatasi permainan lawan.
Namun, pada 2017, taktik tersebut mulai usang dan bisa diantisipasi lawan. Perubahan menggunakan tiga gelandang dan tiga penyerang dengan sitem 4-3-3, juga tak banyak membantu sampai akhirnya Nilmaizar diberhentikan oleh manajemen karena dianggap gagal.
BACA JUGA: Empat Klub Papan Atas yang Terpuruk di Liga 1 2017
Pergantian pada pekan ke-27 ini membuat Semen Padang harus mencari sosok yang tepat. Tapi, di luar dugaan pengganti Nil juga tak mampu membawa Kabau Sirah lepas dari zona degradasi.
Selain itu, Semen Padang juga sempat melakukan pembelian yang salah. Sosok itu adalah marquee player Didier Zokora. Pemain yang memiliki nama besar tersebut, ternyata tak sesuai harapan Nil dan akhirnya harus meninggalkan Padang pada saat jeda transfer.
Selain itu, Nil juga tak memiliki skuat bagus di lini belakang. Pemain senior yang dimilikinya, kerap kecolongan dan jadi bulan-bulanan lawan. Gelandang bertahan yang dimiliki olehnya, kurang bisa naik turun untuk melakukan covering saat lawan melakukan serangan balik. Alhasil, Kabau Sirah menjadi tim yang lemah dan kebobolan sampai 52 kali dalam satu musim.
"Kami akui kami gagal bertahand i Liga 1. Kami siap untuk dievaluasi oleh pemegang saham," ujar Iskandar Lubis, CEO PT Kabau Sirah Semen Padang. (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PSSI Mediasi Madura United-Bhayangkara FC, Inilah Hasilnya
Redaktur & Reporter : Budi