Guru Besar UIN: Santri Belajar di Luar Negeri Harus Berideologi Kuat

Jumat, 01 September 2023 – 20:40 WIB
Guru besar UIN mengatakan santri yang belajar di luar negeri harus berideologi Pancasila yang kuat. Foto: FSI

jpnn.com, JAKARTA - Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Prof. Tajul Arifin mengatakan dalam sejarah perjuarang Indonesia, kiai dan santri menjadi garda terdepan membela dan mempertahankan negara dan ideologi Pancasila.

Oleh karena itu, para santri yang menimba ilmu ke dunia barat hingga Tiongkok, untuk tetap bisa mempertahankan ideologi Pancasila.

BACA JUGA: Buku Teladan dari Tiongkok Diluncurkan, Ini Pesan Penulisnya

Menurut Prof. Tajur Arifin, sebaiknya santri yang dikirim menimba ilmu minimal untuk studi lanjut pada level S2, sehingga secara ideologi sudah kuat.

"Kalau santri yang berangkat ke negara lain tamatan SMA bisa dipengaruhi mereka," kata Tajul Arifin saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk “Santri, Elit Bisnis, dan Strategi Kuasa Lunak Tiongkok,” yang diselenggarakan Forum Sinologi Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.

BACA JUGA: Etnik Tionghoa Sepenuhnya Bagian dari Indonesia, Ketua FSI Beber Sejarahnya

Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) Johanes Herlijanto menambahkan, Tiongkok bukan hanya merangkul para santri dan komunitas muslim, tetapi juga elit bisnis, termasuk komunitas Tionghoa.

“Melalui UFWD, Tiongkok memberi gambaran soal sistem politik yang sedang berjalan, sekaligus memberi pengaruh pada partai politik negara lain, komunitas diaspora, dan perusahaan-perusahaan multi nasional,” tuturnya.

BACA JUGA: FSI: Gagasan GSI dari China Perlu Disikapi dan Diwaspadai, Hati-Hati!

Menurut Johanes, peran UFWD makin penting seiring dengan keyakinan Xi Jinping bahwa orang-orang Tionghoa perantauan memiliki peran penting dalam proyek peremajaan bangsa Tionghoa.

"UFWD diberi tugas untuk merangkul Tionghoa perantauan dan mendorong mereka untuk menyampaikan cerita tentang Tiongkok, menjalin hubungan dengan para politisi setempat, serta mempengaruhi kebijakan,” katanya.

Pemerhati Tiongkok dan Tionghoa dari Universitas Pelita Harapan ini mengatakan bahwa sepak terjang UFWD di berbagai negara, seperti Kanada, Selandia Baru, dan Australia, telah menjadi topik yang dipelajari dan didiskusikan.

UFWD telah hadir di Indonesia, dan pernah melakukan kunjungan pada sebuah komunitas bisnis di tanah air. Salah satunya kunjungan Asosiasi Persahabatan Tionghoa Perantauan (Chinese Overseas Friendship Association).

Bukan hanya berkunjung, mereka menyampaikan sejumlah pernyataan yang memperlihatkan kharakteristik UFWD. Pertama, pernyataan yang menekankan hubungan emosi antara Tionghoa Indonesia, yang sebenarnya sudah sepenuhnya Indonesia, dengan RRT.

Kedua, terdapat apresiasi dan dorongan kepada komunitas Tionghoa, khususnya komunitas bisnis, untuk menjadi jembatan bagi hubungan antara RRT dan Indonesia. 

Ketiga, terdapat dorongan agar Tionghoa di Indonesia, membangun rasa percaya pada perkembangan ekonomi Tiongkok dan dunia di masa mendatang.

Kemudian, melanjutkan kepedulian dan dukungan pada reformasi di Tiongkok, dan bekerja sama untuk mempromosikan modernisasi ala Tiongkok dan pembangunan sabuk dan jalan (Belt and Road).

"Itu merupakan upaya untuk menarik sebuah kelompok di Indonesia untuk mengedepankan kepentingan Tiongkok," ungkap Johanes. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler