Guru Honorer Desak Unifah Mundur sebagai Ketum PB PGRI

Kamis, 03 Januari 2019 – 15:43 WIB
Andi Asrun, kuasa hukum guru honorer, mendesak Ketum PB PGRI Unifah Rosyidi mengundurkan diri. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Posisi Unifah Rosyidi sebagai ketua umum PB PGRI (Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia) digoyang guru honorer. Mereka mendesak agar Unifah mundur dari jabatannya sebagai ketua umum.

"Kami desak Bu Unifah mundur sebagai ketum PB PGRI karena krisis kepemimpinan," kata Dr Andi Asrun SH, pengacara guru honorer lewat pesan singkatnya yang diterima JPNN, Kamis (3/1).

BACA JUGA: Guru Honorer SMA/Sederajat Bakal Terima Gaji Rp 2,7 Juta

Asrun yang juga anggota PB PGRI ini mengungkapkan, telah bersurat kepada Unifah tentang masalah guru honorer. Namun, dijawab dengan bahasa kekuasaan “menghadap dan berikan klarifikasi dan penjelasan”.

"Saya tidak perlu diminta penjelasan dan klarifikasi terhadap tiga surat usulan saya untuk audit eksternal, penghargaan kepada Prof Surya dengan penamaan ruang Prof Surya di ruang rapat lantai dasar, dan penyelesaian tuntutan hak pegawai PGRI atas nama alm Ngadirun," tuturnya.

BACA JUGA: Kemenangan Guru Honorer jadi Penyemangat Pentolan K2

Hari ini, lanjutnya, dia akan ke PGRI untuk minta Unifah mundur dari ketum PB PGRI. PGRI tidak bisa dipimpin ketua umum yang tidak paham aspirasi guru honorer. Ketua umum dinilai lebih mengutamakan harmoni bersama pemerintah dan mengeluarkan kebijakan serta aturan merugikan anggotanya.

BACA JUGA: Respons Panselnas CPNS soal MA Kabulkan Gugatan Guru Honorer

"Unifah adalah ketua yang tidak peduli dengan guru honorer yang tiga hari berjemur (aksi unjuk rasa, red) di depan Istana Merdeka dan tidak disapa presidennya. Ketum PGRI di mana nurani dan pembelaan Anda kepada para guru yang dibayar Rp 300 ribu per bulan. Guru honorer/PTT berkeringat tapi keringatnya tidak dibayar secara manusiawi," serunya.

BACA JUGA: Simak nih Kalimat Menteri Syafruddin untuk Tenaga Honorer

Unifah yang dihubungi terpisah menanggapi biasa desakan Asrun dan guru honorer. Dia tetap tenang.

"Enggak apa-apa. Namanya aspirasi ya boleh saja. Ini negara demokrasi jadi siapa saja bisa menyalurkan aspirasinya. Saya terima semua tuntunan dan siap mendengarkan semua aspirasi guru honorer," tandasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Honorer: Kami Mau Makan Apa?


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler