Gus Menteri: Peran Perguruan Tinggi Sangat Penting dalam Pendampingan Sektor Pertanian Desa

Senin, 30 November 2020 – 15:35 WIB
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar saat menjadi keynote speaker Lokakarya Nasional 2020 yang digelar Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) secara virtual dari Kantor Kemendes PDTT, Senin (30/11). Foto: Humas Kemendes PDTT.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peran penting dalam pembangunan desa.

Sosok yang karib disapa Gus Menteri itu menegaskan bahwa pembangunan itu salah satunya pada sektor pertanian yang ada di desa.

Menurut Gus Menteri, Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides) yang telah dibentuk beberapa tahun lalu telah berperan dalam pembangunan di desa.

BACA JUGA: Pidato di Sidang Paripurna Istimewa DPRD Babel, Mendes PDTT Kutip Bung Hatta

Sebab, ujar dia, dalam pembentukannya tersebut dilatarbelakangi agar perguruan tinggi tidak lepas terlalu jauh dari berbagai permasalahan yang ada di desa.

"Pertides inilah yang kemudian memayungi kami untuk melakukan berbagai hal apa saja yang bisa dilakukan sesuai dengan apa yang menjadi fokus masing-masing perguruan tinggi dalam pendampingan untuk mengatasi permasalahan yang ada di desa," katanya.

BACA JUGA: Gus Menteri Minta Pertides Dampingi Desa Rancang Pembangunan Lima Tahun

Gus Menteri menyampaikan itu saat menjadi keynote speaker Lokakarya Nasional 2020 yang digelar Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) secara virtual dari Kantor Kemendes PDTT, Senin (30/11).

Menurut Gus Menteri, salah satu permasalahan yang ada di desa yakni terkait dengan sektor pertanian.

BACA JUGA: Kemendes PDTT Mulai Program SDGs Desa untuk Wujudkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Dia menjelaskan bahwa sektor pertanian penting.

Sebab, ujar Gus Menteri, dari 74.953 desa yang tersebar di seluruh Indonesia, terdapat 70 persen wilayahnya ada di sektor pertanian.

“Tentu ini juga akan sangat membutuhkan pendampingan karena berbagai upaya dalam keberlanjutan produktivitas yang berkelanjutan masih dalam permasalahan,” ujarnya.

Gus Menteri menilai banyaknya pendampingan yang sifatnya sesaat atau tidak berkelanjutan menyebabkan produktivitasnya turut mengalami penurunan.

"Awalnya saat dilakukan pendampingan produktivitasnya bagus tetapi setelah ditinggal menjadi menurun,” jelasnya.

Karena itu, Gus Menteri menegaskan pihaknya selalu meminta supaya segala bentuk kerja sama harus ada pendampingan pascadicapainya produk.

“Jadi, jangan kemudian dicapainya produk sudah tidak ada sentuhan lagi," tegas Gus Menteri mengingatkan.

Ia menjelaskan waktu yang dibutuhkan dalam pendampingan adalah dua tahun hingga tiga tahun supaya menjadi sebuah kultur atau budaya bagi masyarakat desa yang bekerja atau berusaha pada sektor pertanian.

“Kalau sudah menjadi kultur atau budaya, baru ditinggal,” katanya.

Menurut dia, bila sebelum menjadi budaya kemudian ditinggal maka itu akañ kembali ke asalnya karena tidak ada yang mendampingi, mengawasi, mengingatkan, dan memotivasi.

“Ini sebenarnya harus dimotivasi terus menerus," tegasnya.

Karena itu, Gus menteri mengatakan untuk mengatasi permasalahan pascaproduktivitas dalam bidang pertanian, dibutuhkan pendampingan dalam kurun waktu tertentu.

Ia menegaskan di bidang pertanian ini memang sangat membutuhkan pendampingan berkelanjutan, termasuk di dalamnya ada penerapan teknologi tepat guna (TTG).

“TTG itu sama, awal-awal semangat, lama-lama kalau tidak ada pendampingan akan kembali lagi ke tradisional. Nah ini juga yang perlu diperhatikan. Jadi, pada prinsipnya memang sangat butuh pendampingan secara berkelanjutan," katanya. (*/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler