jpnn.com, JAKARTA - Peradaban umat manusia yang menghargai segala perbedaan, baik agama, suku, ras, kepercayaan, adat istiadat, budaya, harus terus diwujudkan.
Demikian ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertajuk Nurturing The Share Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Li Al-'amin The Republic of Indonesia and The United Stated of America, di Hotel Four Seasson Jakarta, Kamis (28/10/2020).
BACA JUGA: Kombes Erdi Chaniago Soal Penetapan Tersangka Bahar Smith
“Melalui pertemuan ini GP Ansor juga ingin meluruskan citra Islam, terutama di dunia Barat, bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan teror. Karena Islam adalah agama yang penuh rahmah, penuh kasih sayang, yang di Indonesia dikenal dengan Islam yang rahmatan lil alamin,” tegas Yaqut.
Menurut Yaqut, Islam rahmatan lil alamin, begitu juga dengan ideologi Pancasila, sangat menghargai perbedaan-perbedaan itu. Dan langkah ini sejalan dengan komisi yang dibentuk Mike Pompeo terkait Hak Asasi Manusia yang Tidak Bisa Dicabut (Unalienable Rights).
BACA JUGA: Dialog dengan GP Ansor, Menlu AS Klaim Abraham Accords Bermanfaat Bagi Palestina
Selanjutnya, kata pria yang akrab disapa Gus Yaqut, dialog ini dimaksudkan untuk lebih pada menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS terhadap persoalan-persoalan tersebut. Dia berharap, melalui pertemuan ini peradaban dunia akan menjadi lebih baik.
"Peradaban dunia yang bebas dari konflik dan menggunakan hak-hak dasar, hak asasi manusia yang tidak bisa dicabut sebagai norma untuk menciptakan perdamaian," terang Gus Yaqut.
BACA JUGA: Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Pran yang Ditebas Pakai Pedang, Oh Ternyata
Pihaknya juga ingin menunjukkan bahwa Islam yang didakwahkan oleh ulama pada umumnya di Indonesia adalah Islam yang moderat, Islam yang sangat berbeda dengan apa yang ditemui di dunia Barat, seperti kejadian terakhir di Paris, Prancis.
"Pemerintah Amerika saya kira penting melihat Islam di Indonesia bahwa ternyata tidak seperti gambaran Islam di dunia Barat yang dicitrakan negatif. Oleh karena itu beliau mau datang ke sini, ingin melihat secara langsung dan mudah-mudahan ini juga menjadi bagian dari dakwah Nahdlatul Ulama bahwa Islam itu, ya memang seharusnya melindungi semuanya, menjadi rahmat bagi sekalian alam," ungkapnya.
Gus Yaqut menjelaskan, pertemuan dengan Mike Pompeo ini berawal dari deklarasi Humanitarian Islam yang dilakukan Ansor dua tahun lalu di Jombang. Yakni, bagaimana menerjemahkan Islam untuk kemanusiaan, Islam yang menghargai perbedaan.
"Setelah deklarasi itu, kita berkorespondensi dengan banyak pihak, salah satunya dengan Pemerintah Amerika Serikat. Alhamdulillah, dalam kurang lebih sebulan terakhir ini, kita mendapatkan respons positif dari Pemerintah Amerika, khususnya Pak Pompeo hingga beliau berkenan untuk hadir ke Indonesia dan datang di forum Ansor," ujar Gus Yaqut.
Dalam pertemuan tersebut Mike Pompeo juga menyebutkan bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju dan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia tidak alasan untuk tidak bisa berdampingan dengan agama lain.
"Saya percaya Indonesia bisa maju. Tidak ada alasan Islam tidak bisa berdampingan dengan agama lain," katanya.
Menurut Pompeo, hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting. Dia bahkan menyebut bahwa motto "Bhineka Tunggal Ika" sama dengan motto yang dimiliki Amerika Serikat. Termasuk, UUD 1945 yang menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.
Pompeo juga menyebut soal hak-hak dasar manusia yang tidak bisa dicabut. Di antaranya hak-hak kebebasan hati nurani dan kebebasan beragama. Dia memuji NU yang bisa memainkan peran penting untuk membina harmoni sebagai masyarakat yang bebas.
"Oleh karena itu, NU sebagai organisasi muslim, sangat kuat untuk menjaga hak-hak yang tidak bisa dicabut (Unalienable Rights),” tandasnya. Disebut juga NU, dan juga Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan yang bisa menjaga tradisi toleransi dalam negara demokrasi yang berkembang pesat.
Pompeo mencontohkan bahwa kebebasan beragama dijamin dalam konstitusi negaranya. Hal itu pula yang menyebabkan AS bisa berdiri lebih tegak dibandingkan negara-negara lain di Barat. Masyarakat AS, katanya, bebas memeluk agamanya dan menjunjung toleransi. Menurutnya, kebebasan memeluk agama dan menegakkan toleransi harus diteruskan.
Secara khusus Pompeo menyebut nama Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang berhasil mengawal masa transisi Indonesia menuju demokrasi dan menjunjung tinggi humanisme. Kemudian dilanjutkan dengan pemimpin NU selanjutnya yang mengkampanyekan Islam Nusantara.
Dia bahkan menyebut kelompok Islam moderat bisa memukul kelompok ISIS. Usai dialog yang dipandu Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf ini, Gus Yaqut menyerahkan plakat kepada Mike Pompeo.
Plakat tersebut berisi teks dukungan GP Ansor terhadap aspirasi yang diungkapkan dalam Laporan Commission on Unalienable Rights, serta pernyataan kesiapan untuk berjuang bersama orang-orang yang berkehendak baik dari setiap agama dan bangsa.
Demi mendorong munculnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, yang didasarkan pada penghormatan atas persamaan hak dan martabat setiap manusia.
BACA JUGA: Pria Tewas Usai Lompat dari Jembatan Ampera Ternyata Bernama Jainudin, Begini Pengakuan Keluarga
Isi dalam plakat ini juga dibacakan langsung di depan Pompeo. (dkk/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad