jpnn.com - KABURNYA bakal calon wakil wali kota Surabaya pada batas waktu pendaftaran membuat Pilkada Surabaya 2015 ditunda. Hal itu tentu saja merugikan calon incumbent Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang punya peluang besar menang jika pilkada tetap sesuai jadwal.
Kini Risma –sapaan Tri Rismaharini– harus bersabar menunggu hingga Februari 2017 jika ingin terpilih lagi sehingga bisa meneruskan pengabdian memimpin Kota Surabaya.
BACA JUGA: Haram di Bagian Mananya?
Namun, di pilkada tunda tersebut, status Risma bukan lagi incumbent. Sebab, masa jabatan wali kota perempuan pertama di Surabaya itu berakhir 28 September nanti. Dengan sisa waktu kurang dari dua bulan, Risma kini mengebut pekerjaan-pekerjaan yang belum dituntaskan.
Kemarin (4/8) calon wali kota tunggal Pilwali Surabaya 2015 tersebut terbang ke Jakarta untuk melobi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi supaya alokasi calon pegawai negeri sipil Surabaya ditambah. Setelah bertemu dengan Yuddy, alumnus ITS Surabaya itu bercerita blak-blakan tentang rencana-rencananya jika sudah tak menjabat wali kota.
BACA JUGA: Fatwa BPJS Kesehatan Haram Bukan untuk Dipolemikkan
Pilkada Surabaya ditunda karena bakal calon kabur. Bagaimana komentar Anda?
Ya gak apa-apa. Saya tidak dirugikan. Gusti Allah maunya seperti itu. Dikira enteng jadi wali kota Surabaya. Abot (berat) jadi wali kota Surabaya itu.
BACA JUGA: Baca Novel, Silakan
Adakah skenario besar di balik ini?
Aku gak ngerti dan aku gak tahu.
Setelah melepas jabatan wali kota, apa kesibukan yang Ibu siapkan?
Ya, aku kerja di tempat lain. Nanti pasti tahu sendiri.
Masyarakat Surabaya kan dirugikan atas kejadian seperti ini?
Nanti masyarakat Surabaya kan bisa menentukan nasib sendiri.
Memangnya selama ini tidak ada komunikasi dengan partai di luar partai pendukung?
Jadi kan gini ya, kita kan bisa tahu, kami tidak ada money politics sama sekali. Kalau dengan uang, kemarin mungkin selesai. Kami tidak mau ada uang. Ya akhirnya jadinya begini.
Saya terus terang sudah sampaikan ke teman-teman PDIP, tidak mau ada transaksi dengan uang dan transaksi lainnya. Ngurusi masyarakat dengan deal-deal tertentu itu berat. Saya tidak mau itu jadi hambatan melayani masyarakat.
Ada yang bilang pihak Ibu menawari calon boneka?
Saya tidak mau seperti itu. Sekarang kan terbukti tidak ada calon boneka. Tidak ada waktu untuk lobi-lobi. Saya pulang kerja itu pukul 12 malam terus, bagaimana mau melakukan lobi-lobi?
Jika ditawari menjadi penjabat wali kota Surabaya, Ibu bersedia?
Ya ndak mungkin lah. Aku juga ndak mau.
Kalau jadi menteri?
kok ke menteri (lantas tertawa).
Bagaimana sikap PDIP atas proses pilkada di Surabaya?
Saya belum tahu perkembangan di partai. Karena kan keputusan KPU Surabaya baru tadi malam (Senin malam, 3/8). Sedangkan tadi pagi (kemarin pagi) saya berangkat ke Jakarta. Bu Megawati (ketua umum PDIP) pasti sudah tahu. Tetapi, saya belum bertemu dengan beliau.
Akan adakah upaya ke KPU Surabaya lagi?
Biar partai yang memutuskan langkah selanjutnya bagaimana. Aku fokus kerja dulu saja sampai akhir masa jabatan nanti. Satu bulan, satu hari, dua jam, setengah jam itu bagi aku waktu yang sangat penting untuk memberikan yang terbaik buat warga. Ini bagi aku sangat penting.
Apa fokus Ibu di sisa masa jabatan ini?
Ya ngurusi urusan-urusan begini ini (sambil menunjukkan beberapa dokumen). Masalah pegawai rumah sakit dan kebutuhan dokter-dokter spesialis yang kurang. Kemudian kemarin juga masih menangani pengurusan izin pembelian listrik oleh PLN dari TPA (tempat pembuangan akhir). Kemudian juga urusan KKOP (ketentuan keselamatan operasi penerbangan).
Jadi, sekarang apa yang harus saya terobos ya saya terobos. Supaya staf saya nanti tenang. Yang berat-berat harus saya buatkan jalurnya. Sehingga anak buah saya menjalankan rutinitas saja. Jadi, sekarang saya ingin meninggalkan yang terbaik untuk masyarakat Surabaya. (wan/idr/c9/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Papua Haram Bakar Rumah Ibadah
Redaktur : Tim Redaksi