Warga Papua Haram Bakar Rumah Ibadah

Sabtu, 25 Juli 2015 – 13:30 WIB
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Papua, Pendeta Lipiyus Biniluk. Foto: Natalia Laurens/JPNN.com

jpnn.com - KERUKUNAN hidup beragama di tanah air tiba-tiba terusik dengan adanya insiden di Kabupaten Tolikara, Papua (17/7) lalu. Banyak pihak saling menyalahkan atas peristiwa ini, karena dianggap telah menodai nilai-nilai kerukunan beragama. Apalagi, insiden tersebut terjadi ketika umat Islam akan menjalankan salat Id di Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga.

Peristiwa yang berujung terbakarnya sebuah musala itu menyakiti banyak pihak. Terutama umat muslim. Beragam versi kronologi peristiwa itu juga membuat publik sempat bergejolak. Papua yang selalu jauh dari isu SARA ini pun dikhawatirkan tak aman lagi untuk pendatang. 

BACA JUGA: Bisa Saja Asing Terlibat

Kekhawatiran publik di luar Papua ini langsung ditampik Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Pendeta Lipiyus Biniluk. Sebagai tokoh agama di Papua, ia meyakinkan masyarakat bahwa warga Tanah Cenderawasih itu sangat menghargai kerukunan hidup beragama. Hal ini juga dijelaskan Pendeta Lipiyuk pada Presiden Joko Widodo.

Lalu, apa dan bagaimana situasi Papua dan Tolikara menurut Pendeta Lipiyuk? Berikut wawancara wartawan JPNN.com, Natalia Fatimah Laurens dengan Lipiyus di kantor kepresidenan, kompleks Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/7).

BACA JUGA: OC Tutup Kantor, Profesi Advokat Dibuat Kehilangan

Apa saja yang sudah dilaporkan tokoh agama Papua pada presiden?

Pertemuan kami sangat baik. Kami laporkan situasi keamanan khususnya Papua dalam keadaan aman. Tidak seperti yang diberitakan sekarang ini. Sejak 2 jam setelah peristiwa itu, Tolikara aman. Tolikara aman, Papua aman. Untuk follow up lebih jauh kami percayakan kepada presiden agar percayakan kepada kami. Kami akan tangani masalah ini sampai selesai. Seluruh warga bangsa untuk mendoakan dan mendukung apa yang kami lakukan di sana. Situasi aman terkendali masyarakat Papua aman.

BACA JUGA: Ada yang Tak Suka TNI-Polri Kompak

Apa ini sebelumnya hal seperti ini pernah terjadi di Papua?

Sejak Papua bergabung dengan Indonesia 50 tahun lebih belum pernah konflik seperti ini. Orang Papua haram hukumnya bakar tempat ibadah. Tempat ibadah apa pun milik bersama. Semua bisa masuk tempat ibadah. 

Papua mayoritas Kristen mereka juga sadar hubungan itu. Musala itu terbakar akibat kios kecil itu, karena di sana bangunannya dari kayu. Doakan pemulihan berjalan dengan baik. Pemerintah respons juga sangat cepat.

Apa arahan presiden setelah pertemuan itu?

Presiden minta tetap jaga keamanan dan situasi. Beliau terima kasih pada masyarakat Papua dan tokoh adat Papua karena menanggapi serius. Bapak presiden sampaikan beberapa poin bahwa di seluruh Indonesia baik muslim maupun kristen ini milik bersama. Tak ada hukum haram atau dilarang tempat ini. Semua sama. Agama apa pun semua sama. Warna kulit apa pun ini milik bersama. Tak boleh lagi merasa kelompok ini punya. Revolusi mental saya pikir sangat betul. Tak boleh lagi merasa negara ini saya punya. Mari hidup rukun hidup damai. Papua tanah damai. Warna kulit apa pun di sini kita sama. Tolikara bukan masalah agama. Masalah dasar adalah komunikasi yang tak berjalan baik.

Bisa dijelaskan maksud dari komunikasi tidak berjalan baik?

Sebenarnya surat edaran sudah mereka cabut dan tak ada lagi sebelum hari H, Idul Fitri. Sudah disepakati bersama Kapolres, pimpinan agama. Kami Salat Id dan acara gereja bersama di tempat terpisah. Tapi ada yang tak jalani. Jadi kurang komunikasinya saja.

Masalah komunikasi ini terjadi di pihak mana?

Jadi ya di sana pimpinan semua pimpinan ada baik keamanan gereja pemerintah ada di sana. Tapi kita semua sudah sepakat bahwa masyarakat Tolikara adalah orang baik. Tidak boleh ada konflik lagi seperti ini. Gereja ini lahir besar di Papua. Tak pernah bakar rumah ibadah karena budaya mendukung.

Polisi tetapkan 2 tersangka dari GIDI. Apakah benar? 

Memang dua tersangka ini anggota GIDI. Pemuda. Mereka sudah dibawa ke Polda Papua dan dalam proses nanti bukti hukum akan buktikan karena data semua sudah ada. 

Kami dari gereja berharap kalau boleh tak perlu ada penangkapan karena komunikasi yang tak jalan tadi. Hal sepele hanya tak jalan komunikasi. Tak perlu menangkap ini, menangkap itu nanti ekses jadi tak baik. Itu juga forum keagamaan Papua, NU Papua, kami sampaikan ke Pak Presiden. Korban sudah menerima.

Apa ada pihak lain yang diduga terlibat melakukan provokasi?

Tidak ada keterlibatan pihak mana pun. Saya jamin kepada Tuhan bahwa tak ada pihak apa pun baik asing yang terlibat ini. Tak ada satu pun. 

Terkait info perda pelarangan rumah ibadah di Tolikara, apa benar?

Mungkin saya sampaikan dulu sebenarnya perda itu dalam konteks otsus Papua DPRD, Kabupaten Tolikara sudah buat perda. Saya pikir perda itu sudah cukup kuat hukumnya. Tapi perda itu ada, sesuai dengan local intense yang ada. Dan mereka sudah buat itu. Kalau mau evaluasi perda dalam hal agama kalau bisa seluruh Indonesia. Seluruh Indonesia harus evaluasi bersama. Kalau satu kelompok agama kita lindungi maka itu tak adil karena semua kita rukun di negara ini. Bangsa ini diberkati oleh Tuhan yang kita sembah

Bagaimana dengan korban yang kios dan musalanya terbakar?

Jadi presiden sudah respon cepat. Kios sudah sementara proses dibangun dan presiden sumbangkan kios baru. Musala sudah dalam proses dibangun. Terimakasih pada semuanya sudah respon cepat, mari kita jaga kerukunan hidup umat beragama semuanya. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Teriak-teriak di Jalan Tak Mengubah Bangsa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler