jpnn.com - SURABAYA – Amboi, lagu Mandarin Ye Di De Hua (Bunga Bakung)terdengar indah melalui petikan dawai guzheng yang dimainkan langsung Brahms Mulyawan, 11, dan Ruth Mulyawan, 8. Suara yang lembut tersebut terdengar seperti percikan air yang menenangkan hingga suasana di sekitar seolah berada di alam.
Ya, Brahms dan Ruth saat itu sedang berlatih rutin untuk mendalami alat musik tradisional asal Tiongkok tersebut. Meski sudah dua tahun belajar guzheng, kakak beradik itu belum puas menguasai beragam teknik bermain alat musik tersebut. ’’Alat musik ini unik. Rasanya seru kalau saya bisa menguasai guzheng,’’ ujar Brahms.
BACA JUGA: Bahaya Mi Instan bagi Kesehatan
Guzheng atau kecapi Tiongkok merupakan alat musik tradisional yang paling populer di Negeri Tirai Bambu. Bentuknya seperti kotak sedikit cembung yang terbuat dari kayu. Ada 21 senar yang menghasilkan nada pentatonis. Yakni, nada do, re, mi, sol, dan la.
Tidak lengkapnya nada dari guzheng justru membuat Brahms semakin tertarik. Dia tertantang menguasai nada-nada yang tidak ada pada dawai-dawai guzheng. Salah satunya, membuat nada fa. Yakni, dengan cara menekan senar nada mi kemudian dipetik. ’’Bermain guzheng lebih susah. Tetapi, kalau sudah terbiasa, memainkannya terasa gampang,’’ ungkap bocah yang telah menguasai piano dan cello lebih dulu tersebut.
BACA JUGA: Manfaat Berciuman buat Kesehatan
Ketertarikannya belajar bermain guzheng bermula saat dia melihat pertunjukan guzheng di gereja. Suara yang dihasilkan sangat unik dan terdengar nyaring. Karena itu, dia mulai belajar guzheng. ’’Karena sudah mengerti tentang not, saya tinggal belajar metik saja,’’ ujarnya.
Setelah mulai menguasai teknik bermain guzheng, dia juga beberapa kali melakukan konser-konser bersama. Bahkan, dia dan Ruth berpartisipasi mengisi acara penting di Surabaya. Langkah tersebut sekaligus memopulerkan guzheng di kalangan anak muda di Indonesia. ’’Sekarang ini masih sangat sedikit bocah seumuran saya yang memilih menekuni guzheng,’’ tuturnya.
BACA JUGA: Hanya 3 Menit, Lemak Hilang dan Tetap Bugar
Dia menyatakan bahwa bermain guzheng harus dari hati. Jika memang sudah berniat menekuni guzheng, orang tersebut harus benar-benar total. Sebab, alat musik guzheng tergolong langka dan cukup mahal. Yakni, Rp 4,5 juta hingga Rp 5 juta. Selain itu, pemainnya harus menggunakan kuku palsu dari tempurung kura-kura atau plastik.
Hal yang sama dirasakan Ruth. Dia ingin populer dengan alat musik guzheng. Kali pertama alat musik petik dikenalkan kepada dirinya, Ruth langsung jatuh hati dengan guzheng. Apalagi dia bisa belajar menjadi mahir bersama sang kakak. ’’Saya sebelumnya belum pernah bermain alat musik petik. Ini merupakan hal yang unik. Sebab, tidak ada nada fa dan si,’’ kata gadis yang jago menari tradisional itu.
Guru guzheng Wijadja Music Yovita Tandry menuturkan, saat ini alat musik guzheng semakin dikenal banyak orang di Indonesia, khususnya anak muda. Anak-anak yang berusia tujuh tahun juga sudah mulai melirik guzheng sebagai alat musik yang ditekuni. Kini kelas guzheng diikuti sekitar tujuh anak. ’’Zaman dulu guzheng dipetik dengan tangan langsung. Jadi, tangan bisa kapalan. Sekarang sudah ada kuku palsu. Anak-anak pun bisa belajar alat musik ini dengan aman,’’ ucapnya.
Bahkan, dalam pertunjukan orkestra, guzheng juga digunakan untuk mengiringi lagu. Suara yang dihasilkan pun menjadi sangat indah. Terdapat perpaduan alat musik tradisional dan modern. ’’Suaranya lebih nyaring dan jernih seperti air mengalir,’’ pungkasnya. (ayu/c20/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Classy dalam Gaya Smart Casual
Redaktur : Tim Redaksi