Hadiri COP26 di Glasgow, Gus Muhaimin Tawarkan 2 Solusi Atasi Ancaman Perubahan Iklim

Selasa, 09 November 2021 – 08:07 WIB
Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) saat menghadiri talkshow bersama Pelaku Usaha di Paviliun Indonesia COP26 UNFCCC Glasgow, Senin (8/11). Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, GLASGOW - Wakil Ketua DPR bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) menyampaikan perubahan iklim merupakan ancaman global yang dampaknya akan dirasakan seluruh dunia tanpa terkecuali, seperti pandemi Covid-19.

Terlebih muncul bukti sains dan kualitatif yang tidak bisa dibantah bahwa bumi semakin panas, cuaca ekstrem, permukaan air laut naik dan banjir dalam skala yang ekstrem.

BACA JUGA: COP 26 Glasgow Membahas Potensi Unik Pertanian Demi Atasi Perubahan Iklim

“Perubahan iklim adalah ancaman katastropik (mematikan) bagi keberlanjutan dan kemakmuran semua negara dan semua penduduk dunia,” tutur Gus Muhaimin saat menghadiri talkshow bersama Pelaku Usaha di Paviliun Indonesia COP26 UNFCCC Glasgow, Senin (8/11).

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan Indonesia memiliki kedudukan khusus dan dapat memainkan peran penting dalam mendinginkan suhu bumi.

BACA JUGA: Negosiasi Indonesia di KTT Iklim COP 26 Glasgow Alami Kemajuan

Dia menyebut Indonesia sebagai paru-paru dunia, karena hutan alam dan mangrove akan dan telah menyerap karbon dalam skala raksasa.

Sayangnya sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kerentanan ekstrem akibat perubahan iklim, naiknya permukaan laut, curah hujan ekstrem dan kegagalan panen.

BACA JUGA: Di Forum COP 26 Glasgow, Menteri Basuki Beber Kendala Pengelolaan Sumber Daya Air

Karena itu, Gus Muhaimin menyarankan perlu solusi-solusi perubahan iklim yang urgen dan mendesak untuk kepentingan Indonesia dan kebutuhan dunia.

“Kita perlu menggunakan pendekatan ‘a whole government’ dan ‘a whole society’ untuk mencapai target peak emission nasional dan carbon net sink FOLU (Forestry and Other Land Use) pada tahun 2030 dan Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat,” tegas Gus Muhaimin.

Di sisi lain, Gus Muhaimin mengutarakan dua solusi mengatasi perubahan iklim, yaitu perubahan kebijakan dan perubahan perilaku.

Dua solusi tersebut harus dilaksanakan berbarengan. Perubahan di sisi negara tidak cukup tanpa diimbangi perubahan perilaku masyarakat.

“Jadi perubahannya itu dari sisi supply dan sisi demand sekaligus," tandasnya.

Dia meyakini dengan cara tersebut pada 2030 Indonesia akan berhasil menghentikan dan mengurangi deforestasi.

"Dan dengan cara itu pula, pada tahun 2060 atau lebih cepat, kita sudah dapat meraih target net zero kita,” ujar Gus Muhaimin.

Dirut Pertamina Power Indonesia Dannif Danu Saputro yang juga hadir dalam kesempatan tersebut memaparkan potensi besar Indonesia sebagai negara kedua penghasil energi panas bumi setelah Amerika Serikat.

Anugerah energi panas bumi ini dimiliki Indonesia karena berada di kawasan cincin api atau "ring of fire".

“Sebesar 40 persen cadangan panas bumi dunia ada di Indonesia. Saya kira sudah waktunya cadangan yang melimpah ini bisa dioptimalkan,” kata Dannif.

Di kesempatan yang sama, Deputy Direktur Corp Affairs APRIL Dian Novarina memaparkan pentingnya Restorasi Ekosistem Riau sebagai salah satu program restorasi ekosistem terbesar di Indonesia.

Menurut Dian, Restorasi Ekosistem Riau ini adalah untuk melindungi, menilai, memulihkan dan mengelola keanekaragaman hayati di kawasan hutan hujan lahan gambut dataran Sunda terbesar yang tersisa di Indonesia.

Turut hadir dalam kesempatan itu, Wakil Menteri LHK Alue Dohong, Corporate Secretary of PT. Pertamina (Persero) Brahmantya Satyamudi Poerwadi, Presdir PT Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makkasau, Presdir PT Riau Andalan Pulp and Paper Sihol Aritonang, dan Commercial Director of Sampoerna Kayoe Edward Tombokan. (mrk/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler