jpnn.com, JAKARTA - Plt. Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi menghadiri Rapat Koordinasi Perunggasan Nasional di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan).
Di hadapan para pelaku bisnis perunggasan, secara tegas Mentan Arief mengatakan perlunya kebersamaan dikalangan peternak baik skala kecil maupun besar untuk membangun perunggasan dalam negeri.
BACA JUGA: Pejabat Kementan Tersangka Kasus Gratifikasi Datangi Gedung KPK
“Harus hand in hand, kemudian besar bersama, jadi tidak boleh yang integrator yang besar-besar saja, tapi peternak kecilnya jatuh, hari ini mereka harus bersama-sama jangan satu nginjek yang lainnya,” kata Mentan Arief.
Dia berpesan agar para pelaku bisnis perunggasan mulai dari peternak rakyat mandiri skala kecil hingga integrator, dapat secara detil melakukan perhitungan dan perencanaan secara komprehensif terkait bibit induk ayam atau grand parent stock (GPS).
BACA JUGA: Kementan dan Pegadaian Bangun Ekosistem Pertanian yang Kukuh
“Tadi saya ketemu dengan para pelaku bisnis, baik yang mandiri, yang kecil rakyat dengan integrator juga yang besar-besar, pointnya adalah kami akan perbaiki, satu GPS jumlahnya akan review segera bersama Badan Pangan Nasional, kemudian siapa saja yang mendapatkan GPS harus tanggung jawab sampai ke final stocknya” tegasnya.
Selain itu, lanjut Arief, tata kelola terkait pakan ternak juga menjadi komponen penting yang harus segera dibenahi.
BACA JUGA: KPK Jangan Goyah, Tetap Fokus Tangani Dugaan Korupsi di Kementan
Dia mengatakan persiapan cadangan pangan pemerintah juga perlu untuk dipersiapkan secara maksimal dengan melibatkan pihak BUMN dibidang pangan.
Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yang berharap kegiatan hilirisasi para petani dan peternak dapat didukung oleh BUMN.
“Jadi, saat harga itu di bawah, artinya over supply bisa dilakukan penyimpanan, dicadangan pangan pemerintah melalui BUMN dibidang pangan, tentunya ID Food dan anak perusahaannya, pada saat harga tinggi waktunya intervensi, bisa dipakai juga untuk kegiatan pemerintah,seperti pengentasan kemiskinan, daerah rawan pangan, gizi buruk, stunting dan lainnya," ungkap Arief.
Diketahui, Komoditi unggas memberikan kontribusi 60% PDB Peternakan, 10% tenaga kerja nasional, dan total nilai ekonomi mencapai lebih dari Rp 500 Triliun.
Kemajuan perunggasan demikian pesat seiring dengan meningkatnya produksi daging dan telur ayam ras.
Berdasarkan data yang diolah Ditjen PKH, Produksi daging ayam ras selama kurun waktu tahun 2017-2022 tumbuh rata-rata 3,98% tiap tahun dan kebutuhannya tumbuh rata-rata 2,77% tiap tahun.
Sementara produksi telur ayam ras pada periode yang sama juga tumbuh 5,19% tiap tahun dan kebutuhannya juga tumbuh 2,78% tiap tahun.
Komoditas daging dan telur ayam ras juga telah diekspor ke manca negara dengan nilai dan volume yang terus meningkat setiap tahunnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Terbaru dari KPK Kasus Dugaan Korupsi di Kementan, Tersangkanya Banyak
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian