jpnn.com - Kementerian Agama (Kemenag) mengampanyekan program Haji Ramah Lansia 2024. Keren, sih, kampanyenya. Terus di lapangan sesuai enggak, ya?
Ya, kalau mau hasil yang ilmiah kita harus melakukan riset dengan pendekatan kuantitafif melaui kuesioner sehingga keluar data-data kuantitatif terukur. Baru dapat disimpulkan.
BACA JUGA: Pelaksanaan Haji Dinilai Berjalan Lancar, Wakil Ketua MPR: Tidak Perlu Dibentuk Pansus
Saya tidak dalam posisi melakukan riset, tetapi, melihat kenyataan yang ada dengan mata kepala sendiri. Saya sebagai jemaah haji Indonesia slogan tersebut jauh panggang dari pada api.
Saya berada di tenda Mina sejak Jumat dini hari, tanggal 14 Juni 2024 saat tenda masih kosong melompong.
BACA JUGA: Puan Sebut DPR Bakal Bentuk Pansus Haji, Ini Agendanya
Kita masih bisa “menikmati toilet” yang sepi tanpa antrian. “Bencana” datang saat semua jemaah masuk ke tenda Mina mulai Sabtu, 15 Juni 2024 malam hingga esok hari. Sejak itulah toilet bekerja 24 jam "melayani jemaah".
Saya di tenda kloter 56 Maktab 46 yang jarak dengan toilet dekat sekali, ya, mungkin 50 meteran dari tenda saya. Posisi toilet ada di kiri dua stel, satu perempuan, satu laki-laki dan yang sebelah kanan juga ada dua stel toilet, untuk perempuan dan laki-laki. Yang kiri lantainya sejajar dengan tanah, yang kanan ada anak tangganya. Yang punya masalah disabilitas pasti kesulitan ke toilet kanan karena ada anak tangga itu.
BACA JUGA: Menuju Kecepatan Tak Tertandingi, Yamaha Bakal Kenalkan Teknologi Turbo!
Semua toilet berpintu dengan posisi jongkok. Ada satu toilet disabilitas duduk, tidak ada keran untuk wudu, tidak ada urinour yang biasa dipakai buat pipis laki laki.
Kesimpulan saya, toilet ini dibangun asal-asalan, tidak memperhatikan kapasitas pengguna yang ada di tenda itu dan sama sekali tidak ramah lansia. Kalau ramah lansia semuanya pasti toilet duduk, dong, atau komposisi 80:20 duduk dan jongkok. Itu yang saya sebut toilet ini tidak ramah lansia.
Saya punya persoalan disabilitas sehingga membatasi ke toilet. Di hari ketiga saya baru ke toilet cuma mau pipis doang. Saya jalan pakai tongkat dong menuju toiliet pria sebelah kiri paling ujung karena itu toilet khusus buat penyandang disabilitas. Apa yang terjadi, separuh toilet pria “dibajak” ibu-ibu. Karena toilet yang perempuan sangat full antrian ibu-ibu nekat dong masuk ke toilet laki laki dan menguasainya separuh.
Toilet disabilitas pun “dijajah”, dong. Saya tanya kenapa ibu masuk toilet disabilitas? Ibu cacat atau gimana? Enggak, mas, saya sudah kebelet BAB dan enggak bisa kalau BAB enggak toilet duduk. Saya pun terdiam dan ingat almarhum ibu saya yang tahun 2016 berangkat haji mungkin dulu mau BAB juga begitu kondisinya.
Saya perhatikan yang membajak toilet pria ini rata-rata ibu di atas 50 tahun. Enggak ada yang muda sama sekali. Waktu daftar mungkin di usia 40 tahunan dan berangkat sekarang.
Akhirnya hari itu saya pipis di toilet jongkok amanlah. Besoknya saya datang lagi buat pipis doang kondisinya sama separuh toilet pria di bajak ibu-ibu lagi, yang ngantre di toilet disabilitas juga makin banyak kali ini benaran penderita disabilitas yang antre.
Saya menuju ke separuh toilet pria bareng laki-laki ngantre. Saya masuk baru buka resleting, saya lihat ada pembalut wanita berserakan. Enggak jadi saya pipis karena geli saya lihat enggak tempat sampah di dalam toilet itu. Jadi, botol-botol Aqua pun berserakan. Coba anda cerna: kita lagi ibadah, tetapi, urusan toilet kayak berlaku hukum rimba. Dibuat ini wc perempuan ini wc pria ada tujuannya.
Lalu ketika perkakas perempuan dibiarkan begitu saja di wc pria ini mau kita anggap biasa-biasa aja. Halo, ini bukan konser musik, bro, yang bisa pipis di botol Aqua. Ini lagi ibadah ritual suci, tetapi, itu tidak tergambar sama sekali dalam pengelolaan toilet? Salah siapa, ya? Saya tunjuk hidung Kemenag saja.
Anda Kemenag punya program Haji Ramah Lansia. P O A C-nya gimana? Kita bisa mulai, kan, dari toilet? Apakah Anda mengecek kualitas toilet di Arafah, Muzdafalifh, dan Mina? Untuk katakan satu maktab butuh berapa toilet? Model yang ramah lansia kayak apa? Faktanya Anda kasih wc jongkok untuk lansia.
Soal wc ini adalah hal yang mendasar karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Terakhir sebelum menutup sesi tulisan ini, saya menyoroti soal kebersihan. Kalau kita ke mal ada petugas wc dengsn cheklist, lantai kering dan lain-lain. Di sana boro-boro, saya enggak tahu, enggak pic yang bersihkan toilet. Faktanya pembalut wanita ada tuh di toilet pria.
Saya mohon ampun kepada-MU ya Allah. Saya yakin urusan toilet ini urusan manusia, bukan cobaan dari Allah SWT. Manusia yang diberi amanah harus bertanggung jawab memberikan pelayan yang baik kepada jemaah. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bencana Longsor di Lumajang, Petugas Temukan Korban Terakhir
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti