Harapan Rejo Institute Jelang Peringatan Hari Buruh di Tengah Pandemi Corona

Kamis, 30 April 2020 – 18:10 WIB
Direktur Ketenagakerjaan Relawan Jokowi (ReJO) Institute, Mudhofir Khamid. Foto: Rejo Institute

jpnn.com, JAKARTA - Dalam rangka memperingati hari buruh internasional atau May Day di tengah pandemi Covid-19 yang jatuh pada tanggal 1 Mei para buruh diharapkan saling membantu. Hal itu dilakukan guna meringankan beban buruh akibat pandemi Covid-19.

Demikian dikatakan Direktur Ketenagakerjaan Relawan Jokowi (ReJO) Institute, Mudhofir Khamid dalam siaran pers kepada wartawan, Kamis (30/4/2020).

BACA JUGA: Demo Buruh di 100 Daerah, Hari Ini di Depan Kantor Anies Baswedan

“Jadi perlu memperkuat solidaritas sesama buruh di tengah pandemik covid-19 dengan saling membantu mengatasi kesulitan ekonomi,” kata Mudhofir.

Mantan pemimpin organisasi buruh di Tnah Air ini berpesan buruh tetap menjalankan protokol Covid-19 dengan menjaga jarak, menghindari kerumunan, sering mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan tetap di rumah.

BACA JUGA: Sikap Asosiasi Pekerja Sumut Sudah Sepakat Jelang Hari Buruh

“Dengan mematuhi anjuran pemerintah secara baik kita akan turut memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” kata dia.

Perusahaan Harus Bayar THR

BACA JUGA: Guru Honorer K2 Digaji Rp 300 Ribu per Bulan, Buruh Bangunan Rp 125 Ribu per Hari

Mudhofir juga berharap kepada perusahaan tetap membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para buruh yang telah dirumahkan maupun belum. Jika ada permasalahan, kata Mudhofir, dialog antar-pengusaha dengan buruh harus dilakukan secara baik dan transparan.

“Jangan karena pandemi Covid-19 menjadi alasan pengusaha untuk tidak membayar THR kepada para buruh,” tegas Mudhofir.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum ReJO ini mengungkapkan saat ini pemangku kepentingan yaitu buruh, pengusaha dan pemerintah harus bersatu padu melawan penyebaran Covid-19. Pasalnya, dampak Covid-19 akan berimbas pada sektor ekonomi, keuangan, sosial dan politik.

Dengan banyaknya pabrik yang tutup dan tidak beroperasi tentu akan berpotensi terjadi PHK dan buruh yang dirumahkan akan banyak jumlahnya.

“Permasalahan itu perlu dilakukan dialog sosial oleh para pemangku kepentingan yang lebih intens," ujarnya.

Belum lagi, kata dia, tantangan ke depan setelah Covid-19 berlalu sudah yang tak kalah beratnya adalah dengan bertambahnya jumlah pengangguran dan menghadapi revolusi Industri 4.0 (digitalisasi dan otomasisasi). Ke depan, Indonesia juga akan menghadapi bonus demografi dengan makin bertambahnya usia muda yang produktif.

“Tentu persoalan di atas tidak hanya bisa dihadapi oleh pemerintah saja, tentu dukungan dari buruh dan pengusaha sangat diperlukan pemerintah,” urai Mudhofir.

Menurutnya, dialog sosial menjadi sarana yang paling penting untuk mencari jalan keluar yang terbaik guna menghadapi tantangan ke depan yang makin kompleks.

“Tentunya iktikad baik (good faith), saling percaya (trust), kesetaraan (equal) akan menjadi kunci yang sangat menentukan untuk mencari solusi terbaik dalam rangka membangun hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkesejahteraan," pungkas Mudhofir Khamid.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler