Harga Bumbu Dapur Katrol Inflasi

Jumat, 03 Mei 2019 – 13:32 WIB
Cabai rawit di pasar. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, JAKARTA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi pada April 2019 mencapai 0,44 persen.

Angka itu lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi pada Maret yang hanya 0,11 persen

BACA JUGA: Kementan dan BPS Sepakat Satu Data untuk Komoditas Peternakan

Sejumlah harga bahan pangan seperti bawang merah, bawang putih, telur ayam ras, dan cabai rawit menjadi pemicu inflasi pada April 2019.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, penyebab utamanya adalah kenaikan harga bahan pangan.

BACA JUGA: Proyeksi Inflasi Versi BI

Misalnya, harga bawang merah yang melonjak 22,9 persen sehingga memberikan andil terhadap inflasi 0,13 persen.

’’Kedua, harga bawang putih secara rata-rata naik 35 persen dan memberikan andil terhadap inflasi 0,09 persen. Lalu, cabai merah ikut andil 0,07 persen. Kemudian, telur ayam ras dan tomat sayur 0,02 persen,’’ paparnya, Kamis (2/5).

BACA JUGA: Semoga Harga Tiket Pesawat Kian Murah Agar Inflasi Terjaga

Kenaikan harga sejumlah bumbu dapur utama tersebut disebabkan pasokan yang belum maksimal.

’’Komoditas ini sangat dipengaruhi cuaca dan penyimpanan. Untuk bawang putih, pasokan kurang karena sangat bergantung dengan impor,’’ jelasnya.

Inflasi di kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencapai 0,28 persen dengan andil 0,05 persen.

Faktor pendorongnya masih berasal dari kenaikan harga tiket pesawat sekitar sebelas persen pada bulan lalu.

Meski begitu, BPS mencatat bahwa harga sejumlah bahan pangan juga menurun seperti beras, daging, ayam ras, dan ikan segar yang mengakibatkan deflasi.

’’Karena masih panen raya, harga gabah jatuh,’’ katanya.

Menurut dia, harga bawang merah maupun cabai merah masih berpeluang menurun saat Ramadan.

’’Kalau (impornya, Red) bisa datang lebih cepat, saya pikir harga bawang putih akan turun,’’ ungkapnya.

Selain komoditas pangan, salah satu penyumbang deflasi adalah tarif listrik.

Pada awal Maret lalu, PLN memang memberikan insentif atau menurunkan tarif listrik Rp 52 per kWh menjadi Rp 1.300 per kWh bagi pelanggan 900 VA rumah tangga nonsubsidi.

’’Bagi pelanggan prabayar, penurunan sudah ada andilnya pada Maret. Tetapi, untuk pelanggan pascabayar baru tertangkap pada April ini,’’ terang Suhariyanto.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah menuturkan, target inflasi selama Ramadan tahun ini sama dengan tahun lalu.

Apalagi, selama dua tahun terakhir, harga pangan di Jatim relatif stabil, bahkan tahun lalu malah mencatatkan deflasi.

’’Jadi, tidak ada lonjakan berlebihan selama Ramadan. Inflasi untuk pangan bisa 0 koma sekian persen,’’ ujarnya di sela rapat koordinasi High Level Meeting (HLM) TPID Jatim kemarin.

Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Dardak menyebutkan, ada empat yang menjadi perhatian menjelang Ramadan.

Yaitu, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi.

’’Ada kenaikan harga tiga komoditas, yakni bawang putih, bawang merah, dan cabai. Harga bawang putih di siskaperbapo Rp 47 ribu. Kami ingin harga bisa turun. Apalagi, sudah ada satu kontainer yang siap didistribusikan,’’ tuturnya. (vir/res/c14/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waspadai Kenaikan Harga Tiket Pesawat Jelang Lebaran 2019


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler