JAKARTA-Kebijakan Australia yang menghentikan ekspor sapi ke Indonesia, dinilai tidak perlu dikhawatirkanPasalnya, stok daging sapi di dalam negeri yang cukup banyak
BACA JUGA: Harga Daging Sapi Stabil Hingga Juli
’’Ini membuat harga daging sapi akan cenderung stabil hingga akhir Juli mendatang,’’ ujar Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta kemarin (16/6)
’’Tidak perlu khawatir kebijakan Pemerintah Australia akan berpengaruh terhadap harga, karena stok dalam negeri relatif cukup, baik dalam bentuk daging sapi maupun sapi bakalan,’’ katanya saat menyampaikan keterangan mengenai perkembangan harga bahan pokok di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
Dia memperkirakan harga daging sapi baru akan naik saat Ramadan dan Lebaran, antara Agustus dan September mendatang
BACA JUGA: Indo Straits Bidik Dana IPO Rp 95 Miliar
’’Biasanya ada kenaikan permintaan hingga 20%BACA JUGA: BI Catat Kredit Macet Rp 33,7 Triliun
Namun setelah itu biasanya turun lagi,’’ katanya.Dari laporan perkembangan harga bahan kebutuhan pokok yang dicatat oleh Kementerian Perdagangan, harga daging sapi selama Mei 2011 rata-rata Rp 68.381 per kilogram, dan naik sedikit pada Juni menjadi Rp 68.407 per kilogramSementara harga rata-rata nasional daging sapi 15 Juni 2011 tercatat Rp 68.713 per kilogram.
Kendati kenaikannya tidak besar, rata-rata harga daging sapi selama Mei dan Juni 2011 masih jauh lebih tinggi dibanding kurun yang sama tahun laluHarga rata-rata daging sapi selama Mei dan Juni 2010 berturut-turut Rp 64.995 per kilogram dan Rp 64.887 per kilogram.
Tahun lalu kenaikan harga daging sapi mulai terjadi saat Ramadan pada AgustusHarga rata-rata daging sapi nasional yang pada Juli 2010 sebesar Rp 65.689 per kilogram, tercatat naik menjadi Rp 67.925 per kilogram pada AgustusKenaikan harga daging sapi juga masih berlanjut sampai menjelang Lebaran 2010 menjadi Rp 68.682 per kilogram pada September 2010, namun kemudian menurun lagi bersamaan dengan selesainya masa perayaan.
Dalam kesempatan itu Mari juga menyampaikan rencana pemerintah yang akan menjajaki impor sapi dari negara yang bebas penyakit mulut dan kuku seperti Amerika Serikat dan Meksiko
Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak kebijakan Pemerintah Australia yang menghentikan sementara ekspor sapi bakalan ke Indonesia”Sekarang masih dilakukan koordinasi antara Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Koordinator Perekonomian, tapi belum ada yang konkretPrinsipnya bagaimana kami mencari alternatif, akan lebih baik kalau punya sumber yang beragam,” katanya.
Dikatakan Mari, selain berusaha meningkatkan populasi ternak sapi di dalam negeri, pemerintah juga berusaha mencari sumber impor sapi bakalan dari negara-negara yang 100% terbebas dari penyakit mulut dan kukuDalam hal ini negara yang dianggap berpotensi adalah Amerika Serikat dan Meksiko.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menambahkan, pencarian negara alternatif impor lebih ditujukan untuk komoditas sapi bakalan”Kami memerlukan satu alternatif pemasok yang lebih banyak supaya ketahanan pangan kita baik dan terjaga,” katanya.(dd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kalibata City Gandeng Farmers Market
Redaktur : Tim Redaksi