jpnn.com - MEDAN -- Petani karet tampaknya begitu resah dengan kondisi karet saat ini. Mereka harus mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain harga karet yang terus mengalami penurunan, saat ini kebun karet di Sumatera Utara (Sumut) juga tengah mengalami musim gugur daun.
BACA JUGA: Kinerja Aceh Lumayan
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Rabu (28/1). Ia mengatakan, gugur daun untuk pohon karet di Sumut untuk klon-klon tertentu sudah mencapai 5-7 persen juga menambah keresahan para petani, di samping turunnya harga karet yang disebabkan kurangnya permintaan dari China.
"Dari sisi demand, melemahnya harga utamanya diakibatkan berkurangnya permintaan China selaku konsumen yang saat ini sudah banyak menarik diri dari bursa berjangka menjelang Imlek. Pelemahan ini juga disebabkan adanya over supply atau peningkatan stok," ujarnya.
BACA JUGA: Rapor Sumut Jeblok
Edy menyebutkan, beberapa penyebab pelemahan harga karet antara lain kekhawatiran akan pelemahan pertumbuhan Industri China yang mengakibatkan menurunnya permintaan.
Kemudian adanya protes anti-pemerintah di Thailand yang berpotensi menurunkan produksi Januari-Februari 2014 sebesar 10-20 persen.
Selain itu, stok karet di Shanghai minggu lalu meningkat menjadi 204.451 ton, sedangkan posisi closing stock dari anggota ANRPC pada Desember 2013 tercatat 1.195.000 ton.
BACA JUGA: Rencana Relokasi Berpeluang Batal
"Melihat keadaan saat ini, kelebihan pasokan dunia semakin sulit diserap karena perekonomian dari negara-negara konsumen utama sedang dalam keadaan lemah," ujarnya
Melihat hal ini, petani karet pun terpaksa mencari kerja sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Di antaranya, Sudirman. Petani karet asal Desa Stabat Lama, Langkat yang dihubungi ini mengakui, harga karet sudah turun sangat jauh dari batas normal.
"Biasanya 12 ribu per kilogram, sekarang cuma 5 sampai 7 ribu per kilogram. Sebelumnya juga, harga karet di tingkat petani tembus sampai 15 ribu kilogram. Bagi petani karet yang mata pencahariannya hanya penyadap karet dengan lahan yang terbatas, harga saat ini jelas tidak mencukupi kebutuhan keluarganya. Harga yang diberikan agen itu tidak mencukupi untuk membeli satu kilogram beras. Apalagi harus memenuhi kebutuhan lainnya," ujarnya.
Kondisi ini, lanjutnya, terpaksa membuat ia dan rekan-rekannya mau tidak mau mencari pekerjaan lain agar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, terutama bagi petani karet yang hanya memliki lahan di bawah satu hektare.
"Terpaksa cari kerja sampingan untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Kalau ada tawaran kerja di ladang orang ikut, kalau ada kerja bangunan, bantu-bantu ikut juga," katanya. (Put)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Temukan Potongan Kaki Terkubur Sedalam 7 Meter
Redaktur : Tim Redaksi