jpnn.com - JAKARTA - Besarnya ekspor karet ke pasar internasional tidak diimbangi dengan harga yang memadai. Sebaliknya, harga ekspor komoditas unggulan Indonesia itu turun signifikan. Tidak pelak, nilai ekspor karet turut menghambat kinerja pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini. Berdasarkan data historis di pasar Singapura maupun Malaysia, harga karet alam dunia saat ini menukik tajam dari kisaran USD 5,11 per kilogram pada 2011 menjadi kini hanya sekitar USD 2,19 perkilogram. Setiap tahun, setidaknya harga karet mengalami koreksi sekitar 20 persen.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pihaknya tengah melakukan diplomasi pada organisasi-organisasi karet internasional. Serta bekerja sama dengan negara produsen utama karet dunia untuk menyetabilkan harga karet internasional. Agar, harga karet mencapai tingkat remuneratif bagi petani. ”Kami berharap kerja sama ini bisa dikembangkan dengan merangkul negara berkembang sebagai produsen karet, seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja melalui rencana pembentukan ASEAN Rubber Committee,” katanya.
BACA JUGA: Elpiji 3 Kilogram Langka di Bandung, Waspadai Spekulan
Pasar karet yang tengah merosot dipicu beberapa hal. Salah satunya lantaran isu tingkat persediaan karet yang tinggi di negara konsumen terutama Tiongkok. Apalagi, sektor karet kini ditempa isu produk ramah lingkungan. Namun demikian, prospek industri agribisnis ini cukup menjanjikan melihat volume ekspor yang besar. Indonesia saat ini merupakan eksporter karet terbesar ke dua setelah Thailand. Pada 2013, sektor karet alam menyumbang 4,61 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia yang mencapai USD 149,92 miliar. Data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian menunjukkan produksi karet alam mencapai 3,2 juta ton sepanjang tahun lalu. Mayoritas sebanyak 84 persen atau 2,7 juta ton diekspor. Nilai ekspornya mencapai USD 6,91 miliar. Sementara sisanya, 500 ribu ton atau 16 persen diperuntukkan kebutuhan domestik.
Volume ekspor karet pada 2013 naik 260 ribu ton atau 10,7 persen dibandingkan 2012 yang hanya 2,44 juta ton. Sayangnya, nilai ekspor karet justru terkoreksi USD 950 juta menjadi USD 6,91 miliar pada 2013. Lebih rendah dibandingkan 2012 yang mencapai USD 7,86 miliar. Saat ini, negara tujuan utama ekspor karet adalah Amerika Serikat dengan volume 609,8 ribu ton (22,6 persen), diikuti Tiongkok sebesar 511,7 ribu ton (18,9 persen), dan Jepang 425,9 ribu ton (15,8 persen). (gal/sof)
BACA JUGA: AirAsia Beroperasi Dari Terminal Kuala Lumpur International Airport 2
BACA JUGA: Pengusaha Muda Anggap Pasar Tunggal ASEAN Bukan Ancaman
BACA ARTIKEL LAINNYA... Akuisisi BTN, DPR Sayangkan Pembahasan Dihentikan
Redaktur : Tim Redaksi