jpnn.com - SURABAYA – Harga kopi jenis robusta di pasar domestik terkerek naik.
Hal ini dipicu tingginya permintaan, sementara pasokan berkurang.
BACA JUGA: LLP-KUKM Fasilitasi Mitra Binaan Ikut Deco Fair 2016 Jeddah
Saat awal panen Juli lalu, harga kopi robusta olah basah Rp 25.000 per kg.
Kini harganya sudah bertengger di Rp 35.000 per kg.
BACA JUGA: Menpar Arief Yahya Undang Investor China Bangun Destinasi
Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Jawa Timur Bambang Sriono menyatakan, kenaikan harga disebabkan penurunan produksi tahun ini.
Anomali cuaca membuat produksi menurun 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Enam Kali Menarik Tangan Menpar Arief Yahya
Pada kondisi normal, produktivitas robusta mencapai 800 kg per hektare.
Permintaan kopi robusta di pasar lokal terus meningkat. Bahkan, tahun ini kenaikan permintaan mencapai 20 persen.
Sebab, konsumsi kopi kini menjadi gaya hidup. Hal itu ditandai dengan maraknya warung kopi, kafe, maupun retail yang menjual kopi siap saji.
Bambang mengakui, pasar lokal kini jauh lebih menjanjikan daripada ekspor.
Namun demikian, masih tetap ada petani kopi yang berorientasi ekspor meski harus melalui mitra dagang.
’’Sedikit yang bisa langsung masuk ke negara tujuan,’’ tuturnya.
Harga kopi arabika juga tidak kalah menjanjikan, yakni Rp 75.000–Rp 90.000 per kg.
Karena itu, pengembangan perkebunan kopi di dataran tinggi mendatang mengarah ke arabika dengan teknik rejuvinasi atau peremajaan.
Lahan yang sesuai untuk pengembangan arabika adalah Bondowoso, Jember, Pasuruan, dan Kabupaten Malang.
Di Bondowoso, pemerintah berencana mengembangkan 100 hektare perkebunan kopi secara bertahap dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Selain itu, Jember akan membuka perkebunan seluas 250 hektare. (res/c15/noe/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Kata Sri Mulyani soal Rupiah dan Donald Trump?
Redaktur : Tim Redaksi