BACA JUGA: Minyak Tanah Langka di Kota Mataram
Itu seperti yang dilakukan Yarno dan Witoyo, warga Desa Babadan Lor, BalerejoBACA JUGA: Pipa Pertamina Bocor, Belasan Lanting Terbakar
Padahal, kami tetap ingin untung saat panen,"" ungkap YarnoPupuk organik itu berbahan baku empon-empon yang dicampur air limbah
BACA JUGA: Gas Elpiji Nyembur, Dua Warga Luka Bakar
Baik sisa pembuatan tempe, air kelapa dan tetes tebuLalu, difermentasikan dengan alkohol dan cukaDalam setiap pemrosesan, jumlah pupuk berbahan alami yang mereka hasilkan sebanyak 180 literSedangkan proses produksi hanya bisa dijalankan tiga bulan sekali""Karena wadahnya kurang,"" ungkapnya.Witoyo, warga lainnya menambahkan, pupuk hasil produksinya itu sudah digunakan beberapa petaniKualitas tanamannya dinilai lebih baik daripada hanya menggunakan pupuk kimiaBahkan, bisa lebih menjaga keseimbangan kandungan tanah""Tanahnya lebih subur, saat dibajak lebih gembur,"" terangnya.
Hasil olahan pupuk itu belum diteliti di laboratoriumItu, tentang kandungan dan unsur di dalamnya""Dulu sempat ada pelatihan pembuatan pupuk organik dengan menggunakan bahan baku samaItu yang diterapkan,"" tutur Witoyo
Sementara itu, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun, Suharno menjelaskan, saat ini minat petani memanfaatkan pupuk organik meningkatSalah satu penyebabnya, harga pupuk kimia naik""Memang seharusnya begitu (memanfaatkan pupuk organik, Red) agar tidak merusak kesuburan tanah,"" kata Suharno.
Saat ini, tambahnya, lahan pertanian di wilayahnya kritisLantaran, terlalu banyak diberi pupuk kimiaMaka, untuk menjaga keseimbangan unsur hara di dalam tanah, tegasnya, tidak ada cara lain selain pemanfaatan pupuk berbahan alamiBaik yang diproduksi sendiri maupun disubsidi pemerintah(fik/aj/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 116 Karung Gula Malaysia Diamankan Polisi
Redaktur : Tim Redaksi