Harga Ratusan Juta Rupiah, Anggap seperti Anak Sendiri

Senin, 13 April 2015 – 10:05 WIB
Harun dan istri sedang melihat koi-koi peliharaan mereka. Hobi lain adalah naik Harley-Davidson hitam setiap pagi. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

jpnn.com - HARUN sudah sejak dua pekan lalu pensiun dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jawa Timur.

Tidak lagi ngantor, pria 60 tahun yang terkenal ramah itu memiliki banyak waktu untuk mengurus ikan-ikan koi kesayangannya.
------------------
Laporan Brianika Irawati, Surabaya
-----------------
MEMASUKI halaman sebuah rumah besar di pusat Kota Surabaya, suara gemericik air terdengar. Berjalan masuk ke dalam, akan ketahuan asal suara itu. Sebuah kolam seluas 3,5 x 4 m dibangun di depan rumah. Di dalam kolam tampak ikan-ikan koi dengan bermacam warna. ”Jumlahnya 39 ekor,” kata Harun.

BACA JUGA: Yosandy Lip San, 10 Tahun Geluti Profesi Pembaca Tulisan Tangan

Semua koi itu berukuran besar. Beratnya rata-rata 11 kg. Sejak dulu Harun suka koi. Dia percaya koi membawa keberuntungan, rezeki, dan kesehatan bagi pemiliknya. ”Percaya atau tidak, ikan koi dapat membedakan antara orang yang punya mood baik dan mood jelek,” tambahnya.

Menurut Harun, kalau orang mendekat kolam dengan hati baik, ikan-ikan langsung menggerombol. Seolah akan diberi makanan. Beda jika saat mendekat orang itu sedang bad mood, ikan-ikan tersebut pasti menjauh.

BACA JUGA: Setelah Melahirkan, Bocah SD Korban Perkosaan itu Serius Hadapi Unas

Harun sering mengalami hal itu. Kalau sedang ada masalah yang menyita pikiran, dia duduk di pinggir kolam. ”Eh, ikannya nggak mau mendekat,” jelasnya.

Selain yakin membawa keberuntungan, warna-warna dan bentuk koi yang khas membuat Harun jatuh hati. Harun memelihara koi sejak 1995. Saat itu kolamnya belum sebesar sekarang. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk membongkar pasang kolam sampai menemukan komposisi yang pas seperti sekarang. ”Memelihara koi tidak bisa sembarangan. Ada ilmunya,” ujarnya.

BACA JUGA: Pemeran Utama Tausiyah Cinta Berusaha Hafalkan 30 Juz Alquran

Suami Erna Mustika Dwi Ana tersebut mencontohkan, jumlah ikan harus seimbang dengan volume air kolam. Saat ini jumlah koi miliknya sudah overload jika dilihat dari kapasitas kolam yang seharusnya menampung maksimal 24 ekor.

Untuk itu, Harun membangun kolam kedua di area belakang rumah. ”Ada hitungannya membuat kolam yang sesuai ukuran koi. Nanti kalau kolam kedua sudah jadi, saya undang ya,” candanya, lalu tertawa.

Hampir setiap hari, saat pagi, Harun memberi makan koi. Dua genggam tangan makanan koi cukup dalam sekali makan. Setelah itu, biasanya dia bersiap ke kantor. ”Tapi, karena sudah pensiun, waktu bersama koi saat pagi jadi semakin banyak,” katanya.

Makanan koi itu diimpor Harun dari Jepang. Harun menjelaskan, makanan koi dibedakan sesuai usia. Misalnya, untuk ikan berusia 1–3 tahun, makanan berfungsi sebagai pembentukan tubuh. Lalu, bagi koi usia 3–6 tahun, terdapat makanan untuk pembentukan corak warna.

Ada juga jenis makanan yang mengumpulkan semua fungsi itu. Rata-rata ikan yang dimiliki Harun saat ini berusia 5–12 tahun. Dia tidak memisahkan ikannya itu berdasar usia. ”Makanya, saya sering beri makan yang general. Tapi, kadang juga saya kombinasikan makanan khusus berdasar usia itu,” ujarnya.

Semua ikan Harun dibeli dari Jepang. Ikan koi tersebut dipelihara sejak kecil hingga saat ini. Dulu harga belinya sekitar Rp 10 juta per ekor. Dengan kondisi ikan yang sekarang, harganya bisa puluhan atau ratusan juta rupiah per ekor. ”Maunya bisa sampai usia puluhan tahun,” harapnya.

Selain makanan, komposisi air kolam menjadi hal penting dalam memelihara koi. Harun memberikan filter khusus. Dia juga menambahkan batu-batuan kali. Batu-batuan itu bisa menyerap kotoran sebelum air mengalir ke dalam kolam. Air yang digunakan diambil langsung dari mata air pegunungan. ”Perbandingan filter dengan volume air adalah 1:3,” jelasnya.

Dia memperlakukan ikan koi dengan penuh kasih sayang. Setiap detail kebutuhan koi, dia penuhi. Tak heran, saat melihat ikan koinya mati, Harun bisa patah hati dan menangis.

”Dulu banyak ikan yang mati saat belum menemukan komposisi kolam yang pas. Ada juga yang mati karena jamur. Ya jelas sedih,” katanya.

Harun mengurus sendiri ikan koi. Dia tidak punya petugas khusus. Bila sedang ke luar kota, tugas merawat koi dialihkan ke istrinya. Menurut Harun, Erna juga suka koi.

Menurut pasangan suami istri itu, melihat ikan koi tersebut membuat hati mereka tenang dan menghilangkan jenuh setelah seharian beraktivitas. Harun dan Erna bisa menghabiskan waktu santai lama di kursi dekat kolam ikan. Berbincang sambil melihat gerak koi.

Di antara koi yang mereka miliki itu, Harun dan Erna memiliki favorit. Yakni, koi jenis tancho dengan ciri khas warna oranye mencolok tepat di atas kepala. Harun juga menyukai jenis kohaku. Menurut dia, ikan itu unik. Semakin tua, warnanya semakin mencolok dan cantik.

Harun juga sering mengikutsertakan ikan koi dalam kompetisi internasional di Jepang. Ada enam ikan koi miliknya yang pernah pentas di mancanegara. Yang terbaru, ikan koi miliknya menyabet juara II dalam ajang International Junior Koi Show di Niigata, Jepang, pada 20 April 2014.

Melihat itu, tidak jarang orang menawar ikan koi Harun dengan harga fantastis. Namun, Harun menolaknya. Dia menyatakan tidak akan pernah menjual koi miliknya dengan harga berapa pun. ”Saya sangat sayang dengan ikan koi. Sudah saya anggap seperti anak-anak sendiri,” paparnya.

Selain koi, Harun memiliki hewan peliharaan lain. Antara lain, ikan arwana, burung jalak bali, dan ayam. Semuanya dirawat dengan penuh kasih sayang. Hobi lain adalah naik motor gede (moge).

Dia memiliki satu Harley-Davidson hitam. Setiap pagi, setelah salat Subuh, Harun menunggangi moge di sekitar kompleks rumah. ’’Dulu saya suka touring ke berbagai kota. Tapi, sekarang sudah tidak lagi. Keliling kompleks rumah saja,” ujar penyuka pecel itu.

Harun termasuk tipe orang yang senang beraktivitas. Ada saja yang dilakukan. Sudah pensiun seperti saat ini, berjibun aktivitas masih dijalani Harun. ”Saya mendukung saja segala aktivitas beliau. Yang penting jaga kesehatan,” kata Erna.

Baru-baru ini, Harun dipercaya menjadi panitia seleksi (pansel) pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Provinsi Jatim. Pansel bersifat independen. Tugasnya adalah menyeleksi pegawai untuk mengisi kekosongan jabatan di Pemprov Jatim.

”Banyak hal untuk menghabiskan waktu. Tidak hanya di kantor,” ujar laki-laki yang menjabat ketua RT sejak 30 tahun terakhir tersebut.

Selain itu, Harun mengatakan punya banyak teman. Setiap hari ada saja yang berkunjung ke rumahnya. Mulai sekadar bersilaturahmi sampai berkonsultasi tentang suatu permasalahan.

Apalagi, saat ini Harun juga mulai menjajaki profesi sebagai konsultan ekonomi. ”Sudah biasa banyak kegiatan. Setelah pensiun, juga tetap harus beraktivitas biar nggak terasa anjlok hidup ini,” ujarnya. (*/c7/ayi)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Anak-anak TKI, Gurunya Bergelar Master dan Doktor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler