Indikator Sapi Muda Timur Australia telah memecahkan rekor penjualan. (Jeremy Story Carter, ABC RN)

Indikator Sapi Muda di Australia (EYCI) telah menembus target 900 sen per kilogram untuk pertama kalinya dalam sejarah di Australia.

Kemarin, EYCI menutup penjualannya di angka 901,75 sen per kilogram berat bangkai, hampir 200 persen lebih tinggi dari waktu yang sama tahun lalu.

BACA JUGA: Tidak Sadar Kamera, Anggota Parlemen Kanada Pamer Kemaluan Saat Sidang Daring

Indikator ini digunakan sebagai patokan umum harga sapi muda dalam negeri, yang terus meningkat sejak kekeringan memecah hujan di New South Wales dan Queensland awal tahun lalu.

Perubahan dramatis yang menguntungkan bagi produsen sapi ini telah menimbulkan permintaan yang luar biasa tinggi dari persediaan yang sangat terbatas.

BACA JUGA: Kepergian Pangeran Philip Diratapi Pengikutnya di Vanuatu yang Menganggapnya Sosok yang Dinubuatkan

Sudah diprediksi sejak lama

Matt Dalgleish, manajer wawasan pasar komoditas di Thomas Elder Markets mengatakan jelas sekali bahwa target 900 sen itu akan tercapai di satu titik.

"Keinginan untuk mengisi kembali persediaan sangatlah kuat, terutama di daerah utara yang terus hujan sehingga meningkatkan permintaan," katanya.

BACA JUGA: Kisah Sukses Rwanda, Negara Termiskin di Dunia Melawan COVID-19

"Hal ini, ditambah dengan sedikitnya jumlah hewan ternak dalam 30 tahun terakhir, menyebabkan harga sapi muda melambung."

Matt percaya bahwa EYCI tersebut hampir mencapai puncaknya.

"Saya kira di tingkat 920 ke 930 sen, kita baru akan mulai mengalami hambatan," katanya.

"Karena orang-orang akan mulai melihat dan berkata, 'Tidak ekonomis membeli sapi muda di tingkat harga seperti ini' dan [mereka] berharap untuk memperoleh keuntungan."

"Batas harga untuk peternak menjadi sangat sempit dan, dalam beberapa kasus, mungkin mulai menimbulkan hal-hal negatif."

Harga sapi muda yang tinggi juga telah menimbulkan tekanan luar biasa di sektor pengolahan, yang menurut Matt adalah kerugian.

"Ini adalah saat yang sulit bagi pengolah dan pemodelan yang ada menunjukkan mereka telah rugi berat sebanyak A$300 (Rp3,3 juta) per kepala yang dipotong," katanya.

Patrick Hutchinson adalah kepala eksekutif dari Dewan Industri Daging Australia.

Ia mengatakan fase pengembangbiakan ternak, dan harganya yang tinggi, dapat terus berlangsung hingga 12 bulan ke depan. Hal ini akan menyulitkan pengolah daging.

"Industri pengolahan di Australia sedang dalam ketegangan yang kuat dalam sejarah, mempertimbangkan juga COVID-19, permintaan ekspor yang sedikit, dollar Australia, dan ketidakmampuan kita untuk mendapatkan tenaga kerja," kata Patrick.

Menurutnya, salah satu hal di atas "menimbulkan dampak besar pada bisnis mereka".

"Akan jadi musibah besar bila semuanya ini terjadi pada saat yang bersamaan dan inilah yang sedang kita hadapi sekarang."

 

Ia mengatakan, "tahun ini akan menjadi salah satu tahun tersulit yang pernah ada bagi industri pengolahan daging merah dan babi".

Masa tingginya harga komoditas hampir selalu diikuti masa harga rendah.

Matt mengatakan hal ini akan terjadi pada industri sapi, namun tidak dalam jangka waktu dekat.

"Menurut saya ada dasar-dasar permintaan yang cukup sehingga tidak akan menyebabkan jatuhnya pasar ternak," katanya.

"Pemodelan ini, menurut saya, menunjukkan bahwa kita mungkin akan lebih banyak menyaksikan turunnya harga selama beberapa tahun ke depan, bukan kejatuhan harga."

Matt mengatakan di satu titik, harga sapi di Australia akan semakin mendekati harga internasional.

"Kenyataan bahwa kita memiliki sapi termahal di dunia, ini adalah faktor lain yang mempengaruhi harga."

Diproduksi oleh Natasya Salim dari

Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penutupan Program Bahasa di Australia Tak Hanya Rugikan Mahasiswa, Tapi Juga Lulusannya Saat Cari Kerja

Berita Terkait