jpnn.com - Supriyono sudah menekuni budidaya dan pembibitan alpukat sejak 2015. Sebutir alpukat bisa mencapai berat 2,2 kg. Seperti apa?
MUHAMMAD ISMAIL LUTFI
BACA JUGA: Tanpa Kafein, Makanan Ini Bisa Meningkatkan Konsentrasi
SUPRIYONO tinggal di Dukuh Ngasem Jombor warga RT 04 RW 07, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jateng
Saat ini, ia punya sekitar 15 pohon alpukat dengan buah besar tumbuh subur di kebun miliknya. Di depan rumahnya, juga terdapat dua pohon alpukat dengan buah bergelantungan yang memikat.
BACA JUGA: Putih Telur Bikin Kulit Wajah Makin Halus
Ia cerita, buah alpukat itu awalnya dikembangkan bersama-sama teman-temannya dalam satu kelompok. Sebelumnya, ia membudidayakan tanaman klengkeng dengan cara stek.
“Setelah buah klengkeng, saya eksperimen buah alpukat, dan sekarang mempunyai beberapa varian buah alpukat,” ujar bapak satu anak ini kepada Jawa Pos Radar Semarang.
BACA JUGA: Ini 9 Makanan Terbaik untuk Kesehatan Kulit Anda
Supriyono bergabung dengan kelompok tani Berkah Jaya di desanya. Kelompok tersebut mempunyai anggota 30 orang. Dari sinilah ia bisa menambah jaringan dalam pengembangan buah alpukat.
Selain itu, lewat kelompok tani ini ia bisa berhubungan dengan pemerintah, mengikuti sejumlah seminar maupun penyuluhan, termasuk mendapatkan kucuran bantuan.
“Lewat kelompok tani ini juga bisa mempermudah distribusi pemasaran serta melakukan konsultasi jika menemukan keluhan dalam penanaman buah alpukat,” katanya.
Ia mengaku, memiliki tiga jenis alpukat besar. Jenis pertama, dengan ukuran alpukat 1 kg, lalu alpukat 2 kg, dan alpukat lonjong ukuran 1,5 kg.
Harganya bervariasi. Untuk alpukat ukuran 1 kg seharga Rp 22.500 per kg, ukuran 2 kg seharga Rp 25 ribu per kg. Dengan kata lain, sebutir bisa seharga Rp 50 ribu.
Sementara, ukuran 1,5 kg jenis lonjong dijual seharga Rp 25 ribu per kg.
“Harganya bervariasi, Mas. Karena memang dari bentuknya yang berbeda. Kalau alpukat kecil, biasanya 1 kg berisi 3-4 butir, harganya Rp 15 ribu. Kalau ini alpukat super ini mulai harga Rp 22.500 sampai Rp 25 ribu per kg,”paparnya.
Diakui, membudidayakan alpukat super sangat menguntungkan. Sebab, peminatnya banyak dan harganya lebih mahal.
Selain ada pembeli langsung ke rumahnya, biasanya Supriyono juga menjualnya saat even pameran hasil tani dan kuliner di sejumlah tempat.
“Saat pameran itu, saya bisa promosi buah alpukat super ini. Seperti saat pembukaan objek wisata Sawah Bening beberapa waktu lalu, saya kebetuan juga ikut buka lapak,” katanya.
Supriyono mengembangkan alpukat super ini di lahan seluas 4 hektare. Ia juga menggarap lahan milik teman dengan hasilnya dibagi dua.
Tak hanya membudidayakan, Supriyono juga melakukan pembibitan dan menjual hasil stek buah alpukat super. Harganya bervariasimulai Rp 100 ribu per batang.
Saat ini, ia mengaku memiliki 3.000 batang bibit alpukat besar. “Rata-rata bibit sudah berumur 1 tahun, dan harganya pun Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu per batang,” terangnya.
Dikatakan, kendala dalam budidaya alpukat besar relatif tidak ada. “Kendalanya nggak ada, Mas. Yang terpenting tekun saja. Karena ada beberapa teman yang berhenti, karena kurang tekun saja” katanya.
Selain Supriyono, alpukat besar jenis Wina juga dibudidayakan sejumlah petani di 10 kecamatan. Antara lain, Kecamatan Getasan, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Jambu, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen, Kecamatan Bergas, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan Ungaran Barat.
Ketua Asosiasi Petani Alpukat Kabupaten Semarang (Apas), Agus Riyadi, mengaku mulai menggeluti budidaya alpukat sejak 2011 dan melihat pasar alpukat yang sangat menjanjikan.
Saat ini, ia tengah mengembangkan alpukat Wina. “Berbentuk oval dan ukuran paling besar satu buah beratnya mencapai 2 kg,” ujar Agus.
Selama ini, ia juga menjadi pembeli alpukat dari para petani di Desa Baran, Kecamatan Ambarawa. Selain membeli buah alpukat dari petani, dia juga membuat pembibitan.
Setelah tumbuh dan berusia sekitar 1,5 tahun, baru disambung atau distek. “Kalau yang bawah alpukat biasa, kemudian kami sambung dengan alpukat Wina yang asli dari Bandungan,” ujarnya.
“Selain alpukat Wina, kami juga mengembangkan alpukat Si Cantik, Pangeran dan Jambon. Untuk Si Cantik, kulit mengkilat, pulen dan gampang mateng. Kalau alpukat Pangeran produksi tinggi, rata-rata per buah seberat 4-7 ons,” ujarnya. (dilengkapi eko wahyu budiyanto/aro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Buah Terbaik untuk Pertumbuhan si Kecil
Redaktur & Reporter : Soetomo