Harga Sembako Stabil, Tahun Ini Diprediksi Tidak Ada Lonjakan Inflasi

Selasa, 21 April 2020 – 05:49 WIB
Mendag Agus Suparmanto memantau stok sembako. Foto: Humas Kemendag

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan melakukan pengendalian harga jelang Ramadan dan idulfitri.

Antara lain dengan memotong rantai distribusi, membuat harga beras terjangkau, tidak menaikkan harga eceran tertinggi (HET) bagi konsumen akhir tetapi menaikkan harga pembelian pemerintah di tingkat petani.

BACA JUGA: Dari Makkah Sampai Bandung, Umat Islam Sambut Ramadan di Tengah Pandemi

Langkah tersebut dinilai bisa menjaga stabilnya harga sembako menjelang Ramadan dan Idulfitri.

Ekonom yang juga dosen Perbanas Institue. Piter Abdullah, menjelaskan, ramadan dan lebaran tahun ini sangat berbeda dengan biasanya.

BACA JUGA: 40 Orang di Istana Presiden Positif Terjangkiti Virus Corona

Menyusul kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan juga imbauan tidak mudik sehingga tidak akan ada lonjakan permintaan. Apalagi dari sisi daya beli saat ini cenderung melemah akibat wabah covid-19.

Menurut Piter, kelompok masyarakat bawah yang menjadi korban PHK atau pekerja sektor informal yang kehilangan pendapatan dampak wabah covid-19, tidak punya daya beli untuk memacu pertumbuhan konsumsi.

BACA JUGA: Tukang Becak Terkejut Ada Seorang Wanita Datang Membawa Sembako

Apalagi mereka juga diimbau tidak mudik. Dengan demikian bisa diyakini tidak akan terjadi lonjakan permintaan.

“Di sisi lain pemerintah juga sudah berkomitmen menjaga pasokan suplai selama wabah. Terutama menyambut ramadan dan lebaran. Keran impor untuk produk pangan dibuka,” ujar Piter di Jakarta, Senin (20/4).

Piter optimistis, didorong kebijakan pemerintah juga sinergi dengan kalangan industri, maka berbagai kebutuhan masyarakat akan mampu dipenuhi.

Dia juga yakin, selama Ramadan, beras dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, permintaan tidak mengalami lonjakan.

“Harga akan cukup stabil. Demikian juga produk-produk hasil pertanian lokal. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga Lebih rendah,” ucap Piter.

Di sisi lain, yang paling dikhawatirkan terganggu pasokannya adalah daging karena produksi dalam negeri tidak mencukupi. Sementara impor tidak mudah dilakukan di tengah kondisi negara-negara asal impor masih melakukan lockdown.

Namun dia optimistis, pemerintah akan tetap mampu memenuhi kebutuhan daging menjelang ramadan dengan harga terjangkau.

“Semua faktor terkait suplai dan demand barang-barang pangan terutama menjelang ramadan dan lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah. Tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi lonjakan inflasi,” tegasnya.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan, pemerintah terus menjaga pasokan, sekaligus menstabilkan harga bahan pokok.

Misal, untuk memenuhi stok bawang diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.

Melalui beleid izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah. Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga.

Agus memastikan, stok beras secara nasional menjelang Ramadan dan idulfitri 2020 dipastikan aman serta tidak memengaruhi inflasi nasional.

Stok beras nasional untuk menghadapi puasa dan lebaran saat ini tersedia sebanyak 3,38 juta ton.

Beras di Perum Bulog tersedia stoknya sebesar 1,42 juta ton, stok di penggilingan 1,2 juta ton, stok di pedagang 728 ribu ton, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebesar 28.431 ton, dan stok di Lumbung Pangan Masyarakat binaan BKP sebesar 2.939 ton.

Ditambah lagi dengan memasuki musim panen secara berkesinambungan hingga Agustus 2020, stok beras nasional akan mendapat tambahan sebesar 19,8 juta ton. Kebijakan relaksasi impor Agus juga mampu menstabilkan harga bawang di Rp32.000/kg.

“Saat ini di seluruh sentra produksi beras memasuki masa panen raya sehingga diperkirakan ada tambahan produksi mulai Maret hingga Agustus 2020, sebesar 19,8 juta ton. Dengan demikian, kebutuhan beras diperkirakan sebesar kurang lebih 2,5 juta ton/bulan dan sebagai antisipasi panjangnya masa penanganan Covid-19, saya optimistis stok dan produksi beras mencukupi kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020,” tutur Mendag.

Melalui pemantauan pasar yang rutin dilaksanakan Kemendag, diharapkan harga sembako akan terus terkendali khususnya di daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Bahkan untuk memenuhi kebutuhan alat medis di dalam negeri, Agus melansir Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, Alat Pelindung Diri, dan Masker, supaya ketersediaan alat kesehatan di Indonesia tercukupi di tengah meluasnya pandemi Covid-19.

Selain melarang ekspor, pada saat yang sama, pemerintah juga mengambil langkah untuk mempermudah impor alat kesehatan untuk masuk ke Indonesia.

Sejumlah alat kesehatan yang termasuk dalam pembebasan LS sementara tersebut antara lain pakaian pelindung medis, pakaian pelindung dari bahan kimia atau radiasi, pakaian bedah, serta examination gown terbuat dari serat buatan. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler