jpnn.com - JAKARTA - Pengamat Ekonomi dari Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengingatkan pemerintah bahwa kenaikan bahan bakar minyak (BBM), gas elpiji 12 kilogram dan tarif tol benar-benar membuat masyarakat golongan bawah makin susah.
"Dampak akhirnya tetap konsumen umum juga, daya beli mereka terampas karena inflasi," ujarnya menjawab JPNN, Selasa (3/3).
BACA JUGA: Komisi V DPR Minta Pajak Pengguna Tol Dikaji Ulang
Menurut Dahnil, kenaikan harga BBM terjadi akibat konsekuensi dari kebijakan pencabutan subsidi yang dilakukan pemerintah di awal tahun lalu. Konsekuensinya, harga BBM menjadi fluktuatif, setiap saat bisa naik dan setiap saat juga bisa turun, tergantung dengan harga minyak dunia.
"Nah berkenanaan dengan penaikan elpiji 12 kg dan tarif tol, saya kira yang terkena dampak langsung adalah kelas menengah," katanya.
BACA JUGA: Pantau Harga Beras, Presiden Undang Pedagang ke Istana
Tapi Dahnil mengingatkan, kelas menengah ini selain rata-rata kelompok berpenghasilan tetap seperti karyawan, juga sebagian besar adalah pedagang dan pengusaha yang menentukan harga di pasar.
Artinya, ketika beban biaya mereka bertambah, maka mereka akan melakukan "shifting cost" atau menggeser beban biaya yang tadinya mereka tanggung, ke harga komoditi atau produk yang mereka jual.
BACA JUGA: Elpiji 12 Kg Naik, Harga Ukuran 3 Kg jadi Liar
"Jadi sekali lagi, dampak akhirnya tetap konsumen umum juga, daya beli mereka terampas karena inflasi. Konsumen tentu tidak harga naik, tetapi itu konsekuensi kita menerima pencabutan subsidi BBM termasuk gas. Ketika naik harga BBM dan gas dunia, maka otomatis harga-harga kebutuhan merangkak naik," katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tarif Tol Mestinya Turun, Bukan Malah Dinaikkan
Redaktur : Tim Redaksi