Harga Tertekan, Ekspor Karet Sumut Lesu

Sabtu, 01 Agustus 2015 – 10:15 WIB
Foto: rohultoday

jpnn.com - BELAWAN - Ekspor karet Sumut melalui Pelabuhan Belawan pada semester pertama 2015 mengalami kelesuan. Penurunan ekspor komoditas ini ditengarai karena harga yang terus tertekan, dan sepinya permintaan pasar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan ekspor pangan Indonesia, yang diprediksi Presiden Jokowi, 3 tahun ke depan, Tanah Air bakal mampu menjadi negara pemasok pangan dunia.

Seperti dikutip dari Sumut Pos (Grup JPNN), berdasarkan data Pusat Pelayanan Satu Atap (PPSA) PT Pelindo I Cabang Belawan, untuk periode Januari-Februari 2015, ekspor karet ke sejumlah negara mitra dagang utama pihak eksportir Sumut, seperti Tiongkok, India, Jerman, Turki, Amerika Serikta (AS), dan Korea Selatan, rata-rata mencapai 7.069 ton.

BACA JUGA: Penjualan Mobil RI Paling Menyedihkan, Ini Datanya

Namun memasuki Maret-April, permintaan mulai mengalami kenaikan tipis, yakni pada kisaran 10.155 ton. Namun pada Mei dan Juni, kembali mengalami penurunan, atau hanya mencapai 7.123 ton.

Humas PT Pelindo I Cabang Belawan, Roswita mengatakan, tekanan pasar terhadap karet Sumut yang terus terjadi dalam 2 tahun terakhir, menyebabkan nilai ekspor komoditas ini mengalami kelesuan. 

BACA JUGA: Ini Kabar Gembira bagi Para Guru

"Semester pertama 2015, ekspor karet melalui Pelabuhan Belawan jumlahnya hanya 24.347 ton. Kemungkinan besar tekanan pasar masih menjadi penyebab anjloknya ekspor karet di daerah ini," tuturnya.

Tekanan terhadap kinerja ekspor karet Sumut tahun ini, sambung Roswita, kurang lebih masih sama dengan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Permintaan dari negara-negara tujuan utama, seperti Tiongkok, AS, dan India masih rendah. 

BACA JUGA: Pelabuhan Rugi Puluhan Miliar, RJ Lino Diminta Tanggung Jawab

"Tekanan terhadap ekspor karet Sumut masih akan terus berlanjut hingga akhir 2015. Ini terlihat dari kondisi ekonomi dunia yang belum juga stabil. Bahkan, hal ini diperparah dengan kebijakan Tiongkok dan India, yang menaikkan bea masuk (BM) karet alam," jelas Roswita.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan, secara nasional, ekspor jagung Indonesia telah mencapai 400 ribu ton yang bersumber dari Gorontalo, Sulawesi Selatan, Dompu, Bima, dan Sumbawa, serta daerah lainnya. 

Khususnya daerah Sumbawa, sampai saat ini telah mengekspor jagung sebesar 134 ribu ton. “Sampai saat ini, ekspor jagung nasional sebanyak 400 ribu ton, dan Sumbawa sudah mengekspor jagung 134 ribu ton. Ke depan harapannya bisa mengekspor jagung hingga 700 ribu ton,” harap Amran, Jumat (31/7).

Amran menegaskan, stok jagung nasional dipastikan aman, sehingga tidak perlu ada impor. “Selama petani masih mampu memproduksi jagung, kami tidak akan biarkan jagung impor masuk,” tegasnya.

Dijelaskan Amran, luas lahan jagung di Kabupaten Sumbawa sampai saat ini sebesar 50 ribu hektar, dengan produktivitasnya 7,5 ton per hektar. Ia berharap, pemerintah daerah setempat agar di tahun depan dapat meningkatkan luas lahan jagung sampai 100 ribu hektar. 

Ini supaya dapat mempercepat pencapaian target swasembada jagung dalam 3 tahun ke depan dan mengangkat perekonomian masyarakat petani. "Anggaran dari Kementerian Pertanian untuk Kabupaten Sumbawa naik 60 persen, yakni dari Rp50 miliar menjadi Rp130 miliar," bebernya.

Amran menambahkan, kondisi ini tentunya harus didukung oleh peran Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam menyerap jagung petani dengan harga yang menguntungkan petani, sehingga petani memiliki semangat untuk menanam jagung. "Jangan biarkan harga jagung petani rendah, yakni di bawah Rp2 ribu per kilogram, Bulog harus serap jagung petani," katanya. (rul/saz/ray)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sikap Menteri Rini Dipertanyakan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler