jpnn.com, PADANG - Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengaku sudah berulang kali mengingatkan sekaligus mengirimkan surat ke dua grup maskapai domestik, Garuda Indonesia Group dan Lion Air Group terkait lonjakan harga tiket pesawat, khususnya rute Jakarta - Padang.
Harga tiket yang mahal berdampak langsung ke pariwisata, sektor yang selama ini menjadi andalan Sumbar. ”Sudah banyak sekali keluhan yang masuk ke kami. Pengusaha tur juga mengeluh, karena dampaknya besar terhadap sektor pariwisata,” kata Irwan.
BACA JUGA: Kontroversi Halal - Haram, Imunisasi MR di Sumbar Rendah
Namun, meski sudah beberapa kali surat dikirim, sejauh ini belum ada tanggapan. ”Kewenangan Pemprov Sumbar tidak bisa mengurus langsung persoalan tiket,” kata dia.
Irwan juga menyorot kebijakan maskapai yang menerapkan bagasi berbayar. Efek berantainya, wisatawan jadi enggan berbelanja oleh-oleh. Sebab, harus membayar lebih untuk bagasi.
BACA JUGA: Terpidana Korupsi Pengadaan Lahan IAIN Bayar Denda Sebegini
Tingginya harga tiket pesawat juga membuat penumpang mulai beralih ke bus lintas provinsi. Salah seorang warga, Hari Kurniawan, mengaku belum pernah memilih moda transportasi selain pesawat untuk balik ke Jakarta.
Namun, tidak kali ini. Pria 22 tahun itu harus rela naik bus yang jelas butuh waktu tempuh jauh lebih lama. ”Tiket pesawat mahal sekali. Mana bagasi sekarang juga harus bayar,” katanya kepada Padang Ekspres.
BACA JUGA: Nataru, Maskapai Diimbau tak Jual Tiket dengan Harga Tinggi
Begitu pula Nini Chaniago. Seperti Hari, dari Padang dia harus balik ke Jakarta dengan menggunakan bus NPM. Sekali jalan cukup Rp 400 ribu. ”Sudah cek harga pesawat. Mahal sekali,” katanya.
Seperti juga di berbagai kota di Indonesia, para pengguna jasa penerbangan memang mengeluhkan tingginya harga tiket pesawat saat ini. Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumbar Ian Hanafiah, tiket pesawat Padang–Jakarta pergi-pulang bisa mencapai Rp 4 juta.
”Bandingkan dengan harga tiket pesawat pergi-pulang dari Padang ke Kuala Lumpur, Malaysia, yang hanya Rp 800 ribu,” kata Ian yang juga owner Ero Tour tersebut kepada Padang Ekspres.
Menurut Ian, kenaikan tiket pesawat plus bagasi berbayar itu bisa membuat pariwisata Sumatera Barat lumpuh. Wisatawan domestik bakal lebih memilih berlibur ke luar negeri. Sebab, harga tiket pesawat yang ditawarkan jauh lebih murah.
Sekarang saja, lanjut Ian, banyak pengusaha yang terlibat di bidang industri pariwisata yang mengeluh. Mulai pengusaha hotel hingga pelaku usaha yang terlibat di bidang UMKM.
"Kalau momen-momen tertentu seperti Lebaran dan tahun baru, kenaikan harga tiket sangat kami maklumi. Namun, kalau dinaikkan di hari-hari biasa, tentu sangat merugikan semua pihak yang terlibat di pariwisata,” jelas Ian.
Penelusuran Padang Ekspres juga menunjukkan demikian. Meski memang tidak merata di semua pusat oleh-oleh.
Di pusat oleh-oleh khas Padang Sherly, misalnya, ada penurunan pembelian buah tangan. ”Untuk jual beli mulai awal pekan ini kami rasakan ada penurunan. Tapi, kami enggak tahu persisnya karena faktor apa,” kata Wiwi, karyawan Sherly.
Sebaliknya, bus-bus lintas provinsi justru mereguk berkah karena kenaikan harga tiket pesawat itu. Misalnya, bus ANS. Karyawan bagian tiket, Dasrul, menyampaikan bahwa terjadi lonjakan penumpang dalam dua hari terakhir.
”Mayoritas tujuannya Jakarta dan Bandung. Biasanya kami cuma satu bus yang berangkat, tapi sekarang dua bus dan itu selalu penuh,” ucapnya.
Lonjakan penumpang juga terjadi di NPM. ”Ada terjadi lonjakan, dua bus yang kami berangkatkan dua hari belakangan ini selalu penuh. Beda dari hari biasanya, kebanyakan penumpang itu tujuannya Medan dan Jakarta,” kata Andri, karyawan bagian tiket NPM.
Pengamat pariwisata Sumbar Sari Lenggogeni menilai, masalah plafon harga pesawat untuk domestik itu sebenarnya isu lama. ”Seharusnya ada regulasi plafon/batas maksimal harga sebagaimana diterapkan di negara lain. Di negara lain, bahkan paket wisata saja pakai batasan harga maksimal dan berlaku ke industri lain,” jelas pendiri sekaligus direktur Tourism Development Centre Universitas Andalas itu.
Sari khawatir wisatawan domestik lebih memilih negara tetangga. ”Sebab, banyak low cost carrier yang memasang harga rendah,” katanya. (cr23/cr29/cr30/c10/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Reaksi Kubu Prabowo Soal Kasus e-KTP Tercecer Terulang Lagi
Redaktur & Reporter : Adek