Hari Pertama Masuk Sekolah, SMPN 27 Digeruduk Ratusan Warga

Selasa, 18 Juli 2017 – 09:54 WIB
Sejumlah warga protes saat penerimaan peserta didik baru di kota Batam, Kepri. Foto: batampos/jpg

jpnn.com, BATAM - Hari pertama masuk sekolah, SMPN 27 Sagulung digeruduk seratusan warga yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah, Senin (17/7) kemarin.

Mereka protes karena anak mereka tak diterima di sekolah tersebut. Imbasnya, aktivitas pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru sempat terganggu.

BACA JUGA: Kembangkan Bandara Hang Nadim, BP Undang Sebelas Investor Ini

Ratusan warga tersebut sudah memadati lokasi sekolah sejak pukul 08.00 WIB. Mereka kecewa dan mempertanyakan kepada pihak sekolah kenapa anak-anak mereka tak diakomodir di sekolah tersebut.

"Kami warga dekat sekolah pak. Saya sendiri di Kaveling Kamboja, jaraknya cuman 200 meter dari sekolah ini. Kenapa anak saya tak masuk dan kenapa pula anak-anak yang jauh malah masuk," protes Suhaimi, salah seorang warga.

BACA JUGA: Inilah Kronologis Penangkapan Kapal Wanderlust Pembawa 1 Ton Sabu

Aksi warga tersebut sempat memanas, sebab pihak sekolah sempat tak memberikan tanggapan. Warga yang sudah tersulut emosi akhirnya bergerak masuk hingga ke halaman sekolah.

"Anak kami harus diterima di sekolah ini, kalau tak tutup saja biar tak ada sekolah di sini. Percuma saja ada sekolah kalau akhirnya anak kami tak bisa sekolah," teriak sejumlah warga.

BACA JUGA: Terungkap! Sabu 1 Ton Itu Dimuat ke Kapal Wanderlust di Perairan Thailand

Aksi orangtua calon siswa itu langsung ditanggapi pihak kepolisian Sagulung yang turun mengamankan situasi. Setelah melalui upaya mediasi, pihak sekolah bersama pihak Kelurahan Seipelenggut akhirnya mendata semua warga Seipelunggut yang anaknya hendak masuk ke SMPN 27 tersebut.

"Kami data dulu, setelah itu baru diserahkan ke Disdik agar dipertimbangkan lagi," kata Kepala SMPN 47 Batam, Borbor Pasaribu, seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

Tuntutan warga tersebut, sambung Borbor, belum bisa langsung ditanggapi pihaknya. Itu karena daya tampung SMPN 27 saat ini sudah penuh, bahkan lebih dari daya tampung ideal.

"Awalnya hanya enam lokal, tapi belakangan ditambah lagi dua lokal dengan siswa per kelas 40 orang. Total yang sudah diterima sebanyak 320 siswa, jadi mau gimana lagi kami buat. Terpaksa ini kami koordinasi lagi dengan dinas biar dapat solusi yang tepat," jelasnya.

Borbor juga belum bisa pastikan apakah seratusan calon siswa yang berada di sekitar lingkungan sekolah itu akan diakomodir atau tidak.

"Itu tergantung keputusan Kadisdik nanti, gimana," tambahnya.

Meskipun belum mendapatkan kepastian, namun pendataan dan upaya pihak sekolah untuk menyampaikan persoalan itu ke Disdik Batam dihargai ratusan warga yang protes.

Sebelum membubarkan diri, mereka berharap agar Disdik Batam bisa memberikan kepastian agar anak mereka bisa diterima di sekolah tersebut.

"Kalau tak diterima di sekolah ini, anak kami jelas tak bisa lanjut sekolah pak. Kami tak mampu ke sekolah swasta. Tahulah pak gimana situasi ekonomi saat ini," ujar Hendra, warga lainnya.

Situasi yang sama juga terjadi di SMPN 21 Batuaji dan SMPN 47 Batam di Marina. Ratusan warga yang tak lain adalah warga di sekitar lingkungan sekolah juga menggelar aksi protes serupa.

Mereka tak terima jika anak mereka tidak bisa sekolah di sekolah yang ada di dekat lingkungan tempat tinggal mereka.

Aksi protes para orangtua itu cukup beralasan. Sebab sesuai dengan kebijakan baru dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seharusnya sekolah lebih mengutamakan siswa di sekitar lingkungan sekolah.

Namun itu tidak terjadi di Batam khususnya di SMPN-SMPN yang ada di wilayah Batuaji dan Sagulung. Pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur online justru banyak mengakomodir anak-anak dari luar lingkungan sekolah.

Imbasnya anak-anak di sekitar lingkungan sekolah tak kebagian meja belajar di sekolah tersebut.

SMPN 47 misalkan pada PPDB online kali lalu, dari total 115 siswa yang diterima, umumnya adalah anak-anak dari luar lingkungan sekolah. Anak-anak di sekitar lingkungan sekolah hanya 11 orang saja yang diterima.

"Inikan sudah tak benar, sementara anak-anak yang di sekitar sekolah saja banyak, kenapa harus anak-anak dari luar yang diterima," ujar Anisa, warga Perumahan Taman Laguna Marina.(eja/rng/cr13)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wow, Setiap ABK Penyeludup 1 Ton Narkoba Itu Diupah Sebegini


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler