Wow, Setiap ABK Penyeludup 1 Ton Narkoba Itu Diupah Sebegini

Selasa, 18 Juli 2017 – 03:15 WIB
Anggota Brimob menggiring lima tersangka ABK Kapal Wonderlust penyelundup 1 ton sabu kedalam perahu karet di Dermaga Bea dan Cukai, Tanjunguncang, Batuaji, Batam saat ekspos, Senin (17/7). F. Dalil Harahap/Batam Pos/jpg

jpnn.com, BATAM - Petugas gabungan dari Polda Metro Jaya dan Polres Depok, mengaku kesulitan untuk membongkar jaringan narkoba internasional yang dibekuk membawa satu ton narkoba jenis sabu di Anyer, Kamis (13/7) lalu.

Itu karena jaringan tersebut menggunakan sistem sel terputus, yang mana antara pelaku yang ditangkap dengan penyuplai ataupun penerima narkoba di Tanah Air mengaku tidak saling kenal.

BACA JUGA: Hamdalah, Perusahaan Galangan Kapal Mulai Dapat Pesanan

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wastito mengatakan, jaringan narkoba asal Taiwan yang diamankan berjumlah delapan orang.

Tiga orang ditangkap di Anyer, sementara lima orang ditangkap di kapal Wanderlust.

BACA JUGA: Oknum Hakim di Lampung Diamankan, Diduga Karena Narkoba

"Para pelaku yang diamankan ini umumnya sebagai transporter. Mereka menerapkan sistem sel terputus, jadi dengan penyuplai atau penerima (narkoba) tidak saling kenal. Mereka juga masih tutup mulut terkait jaringan lain atau sepak terjang mereka," ujar Setyo seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

Sistem jaringan yang tertata rapi tersebut diakui Setyo, menyulitkan polisi dan instansi penegak hukum terkait, untuk mengusut tuntas semua jaringan yang terlibat dengan penyelundupan satu ton sabu itu.

BACA JUGA: Ya Ampun, Hakim di Lampung Ketahuan Simpan Narkoba di Rumahnya

"Selain itu mereka juga menggunakan sistem IT yang cukup canggih, jadi memang agak susah untuk menelusuri semuanya," tutur Setyo.

Bahkan sampai siang kemarin, polisi juga belum bisa memastikan apakah ada keterlibatan warga negara Indonesia atau tidak terkait jaringan narkoba tersebut.

"Karena sistem sel terputus itu, makanya keterlibatan WNI dalam kasus ini belum bisa dipastikan," ungkap Setyo saat menggelar konfrensi pers bersama Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Irawan dan Kapolda Kepri Irjen Pol Sam Budigusdian di Pelabuhan Bea dan Cukai tipe B Batam di Tanjunguncang, Batuaji, Senin (17/7) sore.

Namun demikian Setyo meyakinkan bahwa ada keterlibatan WNI dalam jaringan narkoba internasional tersebut.

"Pasti ada (keterlibatan WNI), karena ada yang nyediain mobil, tempat mereka bawa barang di Anyer tentu ada peran orang kita, cuma saat ini penyelidikan belum sampai ke sana," katanya lagi.

Untuk mengusut tuntas kasus penyelundupan narkoba terbesar di Indonesia itu, pihaknya tetap bekerja maksimal dengan menggandeng kepolisian di negara-negara terkait.

"Tentu kita tak bisa kerja sendiri. Ini jaringan internasional makanya semua pihak kita gandeng termasuk kepolisian Taiwan, Tiongkok ataupun negera-negara yang berkaitan," tuturnya.

Terkait peran delapan tersangka yang sudah diamankan itu, kata Setyo baru mengaku sebagai pengantar barang. Masing-masing mereka mengaku diupah sebesar Rp 400 juta untuk mengantar narkoba tersebut.

"Pemilik kapal sudah terdeteksi di Tiongkok, tapi kapal ini berbendera negara Sieraleon (Afrika). Narkoba juga diambil dari Cina, cuma yang ditangkap ini warga negara Taiwan," ujar Setyo.(eja)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Memalukan, Oknum Hakim Ketangkap Lagi Nyabu di Kamar Mandi


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler