jpnn.com - Dwi Budi Darma Suwali dan dua rekannya sengaja memilih photo wood untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Apa saja kendala dalam proses pembuatan suvernir hasil produksi tiga sekawan itu?
DILA RAHMATIKA, Madiun
BACA JUGA: Mufidah Kalla: Persaingan Produk Kriya Global Kian Berat
TANGAN Dwi Budi Darma Suwali sibuk menggosok kertas putih yang menempel di papan kayu jati belanda ukuran 20x30 sentimeter dengan air.
Beberapa menit berselang kertas itu mengelupas dan menyisakan foto prewedding sepasang kekasih.
BACA JUGA: Produk Kerajinan asal NTB Laris di Luar Negeri
Dwi lantas menuangkan cairan kental mirip susu kedelai di atasnya dan kembali dibersihkan dengan air yang sudah dicampur sabun.
‘’Ini tahapan finishing. Setelah ini masih diolesi cairan formula agar bekas kertasnya benar-benar bersih,” katanya.
BACA JUGA: Mahasiswa Cantik Ini Kreatif, Penghasilan Bulananâ¦Wouw!
Sejak enam bulan lalu Dwi bersama dua rekannya, Dony Mardiatmoko dan Jalu Lambang Triatmojo, menekuni kerajinan photo wood.
Sebelum memulai usaha itu, Dwi rajin berburu tutorial cara pembuatannya di situs berbagi video YouTube.
Sesuai tutorial di YouTube pula mereka memilih limbah jati belanda sebagai media photo wood. Selain memiliki serat yang khas, jenis kayu itu bobotnya terbilang ringan namun tahan rayap. ’’Beli dari pengusaha mebel di Madiun,’’ tuturnya.
Ternyata tidak mudah mengaplikasikan teknik pembuatan photo wood. Salah satunya proses transfer foto ke kayu.
Awalnya mereka menggunakan pernis. Namun, cairan itu malah membuat serat kayu yang menjadi ciri khas photo wood hilang.
Akhirnya mereka bereksperimen sekitar sebulan sebelum akhirnya menemukan formula khusus.
‘’Kalau beli online mahal, 700 mili Rp 170 ribu. Itu pun belinya harus dalam jumlah banyak,” papar warga Jalan Dahlia, Desa Mojopurno, Wungu, Kabupaten Madiun, itu.
Seiring waktu, mereka juga menemukan metode alternatif proses pengeringan. Jika biasanya mengandalkan sinar matahari, dalam kondisi tertentu Dwi dkk memanfaatkan bohlam dan kipas angin.
‘’Dari coba-coba saja. Kan pernah dapat pesanan jam 15.00, dan jam 19.00 harus sudah jadi,’’ kenang Dony.
Berkat ketelatenannya, produk photo wood yang ditekuni mereka bertiga kini sudah merambah berbagai daerah di tanah air seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Banten, dan Manado.
Bahkan, beberapa waktu lalu mereka mendapat order dari Hong Kong. ‘’Minta dibuatkan photo wood dengan media jam dinding kayu,’’ imbuh Jalu.
Dalam menggarap pesanan, saat ini Dwi dkk dibantu tiga pelajar. Tambahan tenaga itu membuat kapasitas produksi meningkat.
Jika semula dalam sehari hanya menghasilkan satu hingga empat photo wood, kini mencapai 20—30 biji. Satu unit photo wood ukuran 20x30 sentimeter dibanderol harga Rp 70 ribu.
‘’Kebanyakan untuk hadiah atau suvenir,’’ ujarnya. (isd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pameran Hasil Kerajinan Asal Maluku Diminati Pengunjung
Redaktur & Reporter : Soetomo