Hasil Survei KPAI: Mayoritas Siswa Ingin Belajar Tatap Muka Januari 2021

Senin, 28 Desember 2020 – 09:06 WIB
Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesa  (KPAI) Retno Listyarti mengungkapkan, mayoritas peserta didik menginginkan pembelajaran tatap muka dimulai Januari 2021.

Hal tersebut terungkap dari dari hasil survei singkat yang dilakukan KPAI, untuk melihat persepsi peserta didik tentang rencana pemerintah membuka pembelajaran tatap muka (PTM) pada Januari 2021.

BACA JUGA: COVID-19 Makin Ngeri, Pembelajaran Tatap Muka Mulai Januari?

Menurut Retno, survei singkat ini dibuat memang untuk mendengarkan suara anak-anak Indonesia. Adapun aplikasi yang digunakan adalah google form. 

Penyebaran kuisioner survei dilakukan melalui aplikasi WhatsApp dan Facecook (FB) dengan dibantu oleh penggiat pendidikan dan para guru dalam jaringan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). 

BACA JUGA: Siswa MTs Lumpuh Usai Ikut Pelajaran Tatap Muka, Begini Penjelasan Pihak Sekolah

Dari 62.448 responden mayoritas  setuju sekolah tatap muka dibuka pada Januari 2021 yaitu sebanyak 48.817 siswa atau 78,17 persen dari total responden.

Sedangkan yang tidak setuju hanya 6.241 siswa atau sekitar 10 persen dari total responden.

BACA JUGA: Polisi Tak Langsung Percaya Omongan Anak dari Pelempar Bom Molotov ke Masjid Al-Istiqomah

Yang menjawab ragu-ragu  mencapai 10.078 siswa atau  sekitar 16,13 persen dari total responden. 

"Para responden yang setuju pembelajaran tatap muka dibuka pada Januari 2021, umumnya memberikan alasan sudah jenuh pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan butuh variasi dengan PTM terutama untuk praktikum dan membahas materi-materi yang sangat sulit yang tidak bisa diberikan melalui PJJ," urai Retno, Senin (28/12).

Hampir 56 persen responden yang setuju PTM menyatakan alasan ini, terutama siswa kelas 6 SD dan siswa kelas 9 SMP dan siswa kelas 12 SMA/SMK. 

Para responden yang tidak setuju PTM dibuka pada Januari 2021, umumnya  khawatir tertular Covid-19 karena kasusnya masih tinggi di daerahnya.

Yang menyatakan alasan ini mencapai 45 persen responden yang menolak sekolah dibuka.

Ada juga yang menyatakan meragukan kesiapan sekolahnya dalam menyediakan infrastruktur dan protocol kesehatan/SOP adapatasi kebiasaan baru (AKB) di sekolah di satuan pendidikan. Yang menyatakan alasan ini mencapai 40 persen responden. 

Retno membeberkan, survei dilaksanakan selama satu minggu, yaitu pada 11-18 Desember 2020 dengan  jumlah reponden atau partisipan peserta didik mencapai 62.448 siswa. 

Responden anak laki-laki mencapai 55 persen dan responden anak perempuan hanya 45 persen.

Adapun jenjang pendidikan yang berpartisipasi, yang terbesar adalah pendidikan dasar, yaitu siswa SD mencapai 28.164 anak  (45%) dan siswa SMP sejumlah 28.132 anak (46%).

Siswa SMA yang berpartisipasi hanya 3.707 orang (5,6%), siswa SMK lebih banyak, yaitu 4.184 orang (6,7%), Sedangkan siswa SLB yang mengikuti survei sebanyak 49 anak (0,08%). Sisanya 900 anak berasal dari Madrasah (1,44%). 

Responden berasal dari 34 propvinsi, dengan mayoritas responden berasal dari pula Jawa.

Adapun provinsi dengan peserta tertinggi yaitu DKI Jakarta sebanyak 28.020 siswa (44,86%), Jawa Tengah 11.557 siswa (18,5%), Jawa Barat 11.086 siswa (17,75%), Bali sebanyak 8.191 siswa (13,11%), Jawa Timur sebanyak 1887 siswa (2,5%), dan D.I Yogjakarta sebanyak 1278 siswa (2,04%).  

Sedangkan Kalimatan Tengah juga cukup tinggi dengan jumlah responden mencapai 568 siswa, Sumatera Barat mencapai 480 siswa, Jambi sebanyak 409 siswa, NTB mencapai 249 siswa, Banten mencapai 234 siswa, Bengkulu mencapai 229 siswa. Selebihnya berasal dari provinsi lainnya. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler