Hasil Survei: PKB Satu-satunya Partai Islam yang Selamat

Sabtu, 13 April 2019 – 23:43 WIB
PKB. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Politik kontemporer di Indonesia diwarnai dengan kebangkitan populisme Islam. Tetapi apakah partai-partai Islam berhasil menguasai perpolitikan dalam kontestasi dengan partai-partai nasionalis?

Kenyataannya, pada Pemilu 2014 saja hanya PKB yang mampu menembus posisi lima besar. PDIP, Golkar, Gerindra, dan Demokrat menjadi juara saat itu. Partai-partai berbasiskan Islam seperti PKS, PAN, dan PPP hanya mampu menempati posisi papan tengah. Terakhir PBB yang mengklaim sebagai pewaris semangat Masyumi gagal meraih kursi di parlemen.

BACA JUGA: Survei Y-Publica: Jokowi Makin Jauh Tinggalkan Prabowo

“Partai-partai nasionalis cenderung mengalami peningkatan dibanding partai-partai berbasis Islam,” ungkap Direktur Eksekutif INDOMETER (Barometer Politik Indonesia) Leonard Sb di Jakarta, Sabtu (13/4).

Temuan survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP naik (25,5 persen), demikian pula dengan Gerindra (14,8 persen). Hanya Demokrat yang turun elektabilitasnya (5,9 persen).

BACA JUGA: Hasil Survei Terbaru: Enam Parpol Diprediksi Tidak Lolos Parliamentary Threshold

BACA JUGA: Survei Y-Publica: Jokowi Makin Jauh Tinggalkan Prabowo

Di antara partai berbasis Islam, PKB mengalami kenaikan (9,2 persen) dan mempertahankan posisi di lima besar. Pada papan tengah, hanya PKS yang naik elektabilitasnya (3,9 persen). PAN turun elektabilitasnya (3,4 persen), begitu pula dengan PPP (3,3 persen). PBB tetap berada pada papan bawah (0,8 persen) dan diprediksi kembali gagal melenggang ke Senayan.

BACA JUGA: Sambangi KPK, PSI Nyatakan Siap Disadap

Partai-partai nasionalis lainnya menempati posisi papan tengah, seperti Nasdem (4,3 persen) dan Partai Solidaritas Indonesia (3,8 persen). Lalu ada Perindo (2,0 persen) dan Hanura (1,2 persen). Sisanya terlempar ke papan bawah, yaitu PKPI (0,7 persen), Berkarya (0,6 persen), dan Garuda (0,1 persen). Seperti halnya PBB, partai-partai ini pun sulit untuk dapat lolos ambang batas parlemen.

Dalam peta pemilihan presiden (Pilpres), tokoh-tokoh nasionalis menempati posisi kunci sebagai calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres). Hanya Jokowi yang didampingi oleh ulama NU Kyai Ma’ruf Amin, sedangkan Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno dibanding tokoh-tokoh Islam yang pernah diusulkan dalam ijtima ulama.

“Pasangan calon (paslon) Jokowi-Ma’ruf sebagai kombinasi nasionalis dan relijius (Islam) unggul dengan elektabilitas 55,6 persen,” lanjut Leonard.

Prabowo-Sandi tertinggal dengan raihan elektabilitas 32,9 persen. Menariknya, Jokowi justru kerap menjadi korban serangan hoaks anti-Islam. Sebaliknya dengan Prabowo yang dituduh mengakomodasi kepentingan kelompok-kelompok pengusung ideologi khilafah.

Karena itu, menurut Leonard, wajar jika mantan presiden SBY melancarkan kritik terhadap kampanye akbar Prabowo-Sandi yang dinilai eksklusif. Demokrat tampak menginginkan warna nasionalis tidak luntur oleh kuatnya label khilafah di kubu Prabowo-Sandi. “Kubu petahana Jokowi-Ma’ruf lebih elegan dalam mengakomodasi representasi ideologi nasionalis dan Islam,” pungkas Leonard.

Survei INDOMETER dilakukan pada 26 Maret – 2 April 2019, dengan jumlah responden 1280 orang mencakup seluruh provinsi di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error ±2,98 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Survei: Elektabilitas Golkar dan Demokrat Terus Merosot


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler