Hasto Ajak Anak Bangsa Bertindak ke Luar Dibanding Konflik dengan Sesama

Jumat, 26 Agustus 2022 – 16:06 WIB
Hasto Kristiyanto menyampaikan paparan dengan tema Pancasila dan Api Islam di kampus IAIN Pontianak, Jumat (26/8) pagi. Foto: Tim Dokumentasi Hasto Kristiyanto

jpnn.com, PONTIANAK - Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto mengajak seluruh elemen anak bangsa untuk bertindak ke luar seperti yang dilakukan Proklamator sekaligus Presiden Pertama RI Bung Karno.

Hal itu disampaikan Hasto saat menyampaikan paparan dengan tema Pancasila dan Api Islam di kampus IAIN Pontianak, Jumat (26/8) pagi.

BACA JUGA: Hadiri Pameran Kemerdekaan RI, Hasto Beli 1 Lukisan Bu Fat yang Dipajang di Sekolah Partai

Tajuk acara itu adalah “Penguatan Wawasan Kebangsaan, Fakta Radikalisme Global dan Ikhtiar Penyangga NKRI”.

Hasto memaparkan bagaimana Indonesia dibangun berdasar gotong royong seluruh anak bangsa.

BACA JUGA: Hasto Bilang Bharada E Penembak Brigadir J Berhak Mendapatkan Penghargaan

“Indonesia dibangun untuk semua. Meski berbeda suku, agama, status sosial, berbeda gender dan profesi, dengan kesadaran bersama berjuang melawan penjajahan Belanda. Atas kesadaran terhadap Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, maka PDI Perjuangan bersama NU memperjuangkan Hari Santri sebagai spirit semangat hubulwatan minal iman dan juga Hari Lahir Pancasila," kata Hasto.

Hasto juga menjelaskan bagaimana Islam di Nusantara telah berakulturasi, bahkan berdialektika dan bersintesis dengan cara hidup yang begitu majemuk. Dia mencontohkan akulturasi budaya terjadi ketika Sunan Kalijaga berdakwah dengan wayang.

BACA JUGA: Hasto Melihat Posisi Putri Sambo, Peluang untuk Dilindungi Besar

"Kesatupaduan filosofi Islam menyatu dengan falsafah Nusantara yang telah hidup ribuan tahun sebelumnya. Sayang, kini ada segelintir kelompok yang berpikiran sempit dan mengharamkan wayang dan gamelan," kata dia.

Hasto juga memaparkan soal makna logo Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat visioner mengenai Indonesia dan dunia. Di mana peradaban Islam Nusantara memiliki visi yang begitu hebat bagi dunia.

Menurutnya, semua hal itu penting untuk memahami batapa radikalisme menjadi cermin kemunduran peradaban karena minimnya pemahaman terhadap toleransi.

“Soal Pancasila bagaimana? Ketika kita memahami Pancasila berdasarkan falsafah yang sebenarnya, yang disampaikan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945, dan kemudian bagaimana Pancasila tersebut diterima secara aklamasi oleh para pendiri bangsa, maka seharusnya Indonesia bebas dari berbagai bentuk radikalisme. Sebab seluruh agama mengajarkan kebaikan, budi pekerti, etika dan morel, serta tidak ada yang mengajarkan sikap yang antikemanusiaan,” kata Hasto.

Sekjen PDIP itu menerangkan Bung Karno menggali seluruh mutiara peradaban Nusantara dan dunia yang melahirkan Pancasila. "Itu tegas bahwa pada dasarnya Indonesia adalah bangsa yang bertuhan,” sebutnya.

Menurut Hasto, ketuhanan yang dimaksudkan Bung Karno adalah ketuhanan yang berbudi pekerti. Tidak hanya setiap warga, bahkan negara pun menyembah tuhan.

"Dengan cara apa? Sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Apakah Pancasila memperbolehkan atheis? Tidak boleh. Karena bukan hanya setiap warga negara Indonesia, tetapi negara pun menyembah tuhan,” urai Hasto.

Menurut Hasto, apabila Pancasila dalam spirit kelahiran dan falsafahnya dipahami, maka tidak akan ada radikalisme. Mereka yang bergerak dengan ajaran membenci pihak lain dan mengajarkan ideologi kegelapan yang anti kemanusiaan, justru tidak memahami hakekat kehidupan yang bertuhan.

“Sebab mana ada agama yang mengizinkan antikemanusiaan? Untuk itu pahamilah api Islam dan juga makna yang misalnya terkandung dalam logo NU yang penuh dengan makna Islam sebagai rahmatan lilalamin,” kata Hasto.

Hasto mengatakan kondisi saat ini bisa terjadi karena sesama anak bangsa terlalu terpaku ke dalam diri sendiri (inward looking) dan bukan berpikir ke luar (outward looking).

Agama juga berusaha dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Padahal bila demikian, maka akan sulit untuk maju. Pada titik itulah peran kampus sangat penting di dalam mendidik anak bangsa dan menyiapkan calon-calon pemimpin bagi masa depan.

“Ada disertasi yang menjabarkan tentang prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, keadilan sosial, kemanusiaan, persatuan dalam perspektif Islam. Semua match. Lalu kenapa sekarang justru ada yang mempertentangkan? Ini karena kita inward looking,” ucap Hasto.

Hasto mengajak anak bangsa untuk berjuang ke luar membela sesama dibanding mencela pemimpin sendiri.

"Lebih baik kita berjuang ke luar seperti Bung Karno membela kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika, termasuk Aljazair dan Palestina. Itu juga sikap PDI Perjuangan, maka kami berharap kepada seluruh mahasiswa, gemblenglah anda untuk menjadj pemimpin bangsa masa depan,” pungkas Hasto.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif mengatakan kehadiran Hasto sebagai tokoh nasional, untuk membagi pandangan tentang nasionalisme di kalangan civitas academica IAIN.

"Sharing tentang bagaimana tidak terjadi pemisahan atau dikotomi antara agama dan kehidupan bernegara. Bagi kita Pancasila sudah final. Namun bagaimana memperkuat atau memperbesar partisipasi anak bangsa ini, khususnya para mahasiswa IAIN agar lebih mapan lagi,” kata Syarif.

Terlihat hadir dalam acara itu antara lain Anggota DPR Fraksi PDIP dari daerah pemilihan Kalimantan Barat Lasarus (Ketua Komisi V DPR) dan Maria Lestari.

Juga hadir sejumlah kepala daerah yang diusung PDIP, anggota DPRD setempat, dan pengurus DPD PDIP Kalimantan Barat.

Rektor IAIN Pontianak Dr. Syarif hadir memimpin jajarannya bersama ratusan mahasiswa. (tan/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banteng Ride and Night Run di Medan, Hasto Melesat 60 Km, Jantung Sempat Berdebar Kencang


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler