jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Megawati Soekarnoputri melakukan kontemplasi sebelum memilih Mahfud MD sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
Megawati Soekarnoputri terus memohon petunjuk dari Allah SWT bahwa yang dicari adalah sosok pemimpin. Megawati jugga melakukan perenungan yang mendalam, sembari menerima masukan dari Presiden Jokowi, berdialog dengan Mardiono (Ketum PPP), Oesman Sapta Odang (Ketum Hanura), dan Hary Tanoesoedibjo (Ketum Perindo).
BACA JUGA: Politikus Senior PDIP Ini tidak Ikhlas Jika Jokowi dan Gibran Mendukung Prabowo
“Sebelum pengumuman di kediaman Ibu Mega. Beliau di depan TV, tetapi apa yang beliau lakukan bukanlah nonton TV. Namun dengan tasbih merahnya, Ibu Mega berdoa memohon petunjuk dari Tuhan yang Maha Kuasa. Lalu beliau mengatakan, ‘Hasto, di tengah dansa politik memang tidak mudah mencari pemimpin. Di tengah ambisi politik memang diperlukan kebeningan nurani dalam memilih siapa pemimpin. Sambil berzikir saya mencari petunjuk dari Tuhan yang Maha Kuasa’,” kata Hasto kepada para pengurus partai dan kader PDIP di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (20/10).
Hasto melanjutkan setelah Megawati melakukan tahapan itu, seluruh rakyat Indonesia memerlukan pemimpin yang jujur, merakyat, yang bisa dipercaya, memimpin dari keluarga, dan memiliki prestasi nyata.
BACA JUGA: Sekjen PDIP Sebut Anak Muda TMP Tambah Tenaga Kemenangan Ganjar-Mahfud
"Bagaimana mau memimpin Indonesia kalau hal yang kecil untuk memimpin keluarga saja tidak bisa. Keluarga merupakan embrio persemaian kasih sayang, dan pendidikan budi pekerti yang penting dalam kehidupan rumah tangga. Maka yang dicari sosok pemimpin yang kaya prestasi, yang bekerja keras, yang visioner, punya kemampuan teknokratik, berpengalaman di eksekutif, legislatif, dan itulah Ganjar si rambut putih,” urai Hasto.
Hasto mengatakan Megawati mendorong rakyat Indonesia perlu pemimpin yang mampu menegakkan keadilan.
BACA JUGA: PDIP Keluarkan Surat Instruksi kepada Gibran bin Jokowi Cs, Apa Itu?
"Sosok yang disebut pendekar hukum, pembela wong cilik, yang akan menjadi wasit di tengah pertarungan kekuasaan dan bisnis. Karena itulah Prof. Mahfud MD," jelas Hasto.
“Dengan demikian Ganjar-Mahfud dipilih bukan karena punya harta yang banyak, bukan karena elektoral yang dibangun dengan pencitraan. Tetapi elektoral yang dibangun dengan kerja keras dan membangun keyakinan rakyat. Karena sebagai pemimpin rakyat, yang paling penting adalah memiliki karakter yang baik, memiliki jiwa kemanusiaan. Sosok pemimpin yang hatinya akan tergerak melihat penderitaan rakyat. Jiwa sosialnya akan bicara melihat ketidakadilan yang terjadi dan itulah Ganjar-Mahfud,” pungkasnya.
Dalam Rakerda di Sumatera Selatan, Hasto juga menyampaikan perintah Megawati agar semua kader, simpatisan, hingga parpol pengusung Ganjar-Mahfud untuk bekerja keras, bergotong royong turun ke rakyat.
“Ibu Mega selain menyampaikan salam, juga menitipkan pesan agar seluruh kader-kader PDI Perjuangan, agar setelah penetapan pak Ganjar dan prof Mahfud MD diumumkan, maka tiada hari tanpa pergerakan. Sanggup?" kata Hasto.
Politikus asal Yogyakarta ini pun memastikan bahwa semangat juang untuk pemenangan Ganjar-Mahfid maupun pemenangan Pileg akan terus berkobar, karena tiada hari tanpa terjun bersama rakyat.
Pada kesempatan itu, Hasto mengatakan ditetapkannya Ganjar Pranowo-Mahfud MD setelah melalui proses panjang dan pemikiran berbasis pada rakyat, bukan semata-mata berbasis pada pertimbangan elektoral. Pasangan itu diusung tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan elektoral, kekuatan dana, apalagi ambisi kekuasaan.
"Ketika bicara politik nasional, banyak yang hanya bicara elektoral. Padahal elektoral bisa dibangun kalau seseorang punya kekuatan dana. Bisa membuat iklan, baliho, bahkan dengan ambisi kekuasaannya tanpa permisi ada yang memasang baliho pak Jokowi dan mas Gibran. Itu ketika kekuasaan hanya ditempatkan sebagai ambisi," kata Hasto.
Hasto juga mengatakan ambisi kekuasaan tanpa didukung kemampuan dan jiwa kerakyatan hanya akan membuahkan kata-kata manis tanpa kerja nyata.
"Ada juga yang coba untuk bergerak membangkitkan suatu upaya dengan rangakaian kata-kata yang manis. Sepertinya republik ini bisa dibangun hanya dengan rangkaian kata-kata yang manis," imbuh Hasto.
Di tengah berbagai dinamika politik itu, lanjut Hasto, ada yang mencoba dengan segala cara. Bahkan ambisi itu memiliki tujuan mencari keuntungan pribadi dan kelompok korporasinya.
"Ada yang mencoba menjadikan kekuasaan sebagai ambisi, ada yang sudah 20 tahun tak mendapatkan kredit setelah berkuasa bisa mendapatkan kredit bagi perusahaannya," tutur Hasto. (tan/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Arahan PDIP untuk Kepala Daerah Muda, Menangkan Ganjar-Mahfud!
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga