jpnn.com - SURABAYA - Satreskoba Polrestabes Surabaya terus mengejar keberadaan bandar-bandar narkoba yang merekrut anak-anak sebagai kurir dan pengedar. Sejauh ini anggota satreskoba sudah menangani 12 kasus jaringan sabu-sabu (SS) yang melibatkan peran anak-anak di bawah umur. Mereka yang ditahan adalah pelaku yang sudah dewasa. Keterlibatan anak-anak itu diketahui dari hasil penyidikan.
''Setelah ditanya, ternyata mereka memanfaatkan anak-anak di bawah umur. Kebanyakan yang disuruh itu sudah kenal dan dekat dengan mereka,'' ujar Kasatreskoba Polrestabes Surabaya AKBP Donny Adityawarman kemarin (24/7).
BACA JUGA: Kawan Sukses jadi Perampok, Tergiur, Sekarang Rasain!
Melalui anak-anak itu pula polisi bisa mengembangkan pengusutan keberadaan bandar-bandar narkoba lainnya. Bahkan, sebagian tergolong ban dar yang sudah lama diincar polisi.
Donny menambahkan, dari hasil penyidikan yang ditangani, anak-anak ternyata tidak mesti direkrut menjadi kurir. Ada yang hanya menjadi tempat penitipan sabu-sabu. ''Ya, modusnya mereka minta tolong. Anak-anak tidak ngeh kalau itu sabu-sabu,'' tuturnya.
Awalnya, polisi jelas terkecoh dengan modus tersebut. Namun, salah seorang bandar yang tertangkap lantas didesak untuk menunjukkan barang bukti. Dari sana diketahui bahwa sabu-sabu disimpan di rumah anak-anak yang tidak tahu apa-apa.
Mereka dibelikan kue agar mau dititipi sabu-sabu. Kue itu juga dijadikan uang tutup mulut agar mereka tidak perlu bilang ke orang tuanya. Biasanya, bandar akan mengambilnya selang seminggu kemudian.
Anak-anak yang dipilih biasanya masih duduk di bangku SD maupun SMP. Kepolosan mereka dimanfaatkan agar bandar aman dari pantauan polisi. Sabu-sabu bisa disimpan tanpa sepengetahuan polisi. Modus seperti itu malah lebih berbahaya ketimbang bandar yang menggunakan jasa kurir.
''Sebab, barang ini tidak bergerak. Sehingga sulit memantau ke mana saja peredarannya,'' tambah polisi kelahiran Surabaya tersebut.
Di sisi lain, anak-anak yang menjadi kurir sabu-sabu biasanya sudah paham dengan barang tersebut. Memang awalnya mereka tidak sadar. Namun, lambat laun mereka tahu.
BACA JUGA: NasDem Akhirnya Pecat Kadernya yang Nyolong di RS
Saat tahu barang yang dibawa itu sabu-sabu, bandar akan memberikan tawaran baru. Mereka menyuruh anak-anak itu untuk mengantarkan barang kepada seorang pembeli. Mereka tidak lagi diupahi kue, melainkan uang.
Anggota satreskoba menduga cara tersebut banyak dipakai jaringan narkoba saat ini. Ada beberapa yang sudah masuk radar polisi. ''Incaran utama kami tetap bandarnya dulu,'' papar alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1997 tersebut.
Sementara itu, anak-anak yang dititipi barang tetap dikembalikan ke orang tuanya. Namun, polisi tentu akan mendalami lebih dulu sampai sejauh mana keterlibatan anak-anak itu. Kalau ternyata menjadi pengedar, polisi bakal tetap memprosesnya. Tidak tertutup kemungkinan kurir remaja yang beroperasi itu berasal dari keluarga berada secara ekonomi. Semua anak bisa saja didekati bandar.
Namun, dari 12 kasus yang ditangani satreskoba, masalah keluarga turut menjadi pemicunya. Orang tua si anak biasanya broken home atau kerap bertengkar. Jadi, kontrol pengawasan terhadap anak berkurang.(did/c15/fat/flo/jpnn)
BACA JUGA: Beuh, Ternyata saat Mencuri Anggota Dewan Itu sedang ‘Fly’
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggota Dewan yang Mencuri Jarum Suntik Resmi Ditahan, Rekannya Buron
Redaktur : Tim Redaksi