Hati-Hati, Surabaya Masih Rawan Puting Beliung

Jumat, 12 Mei 2017 – 23:22 WIB
Ilustrasi angin puting beliung. Foto: dok jpnn

jpnn.com, SURABAYA - Cuaca di Kota Surabaya dan sekitarnya sedang memasuki pergantian musim dari hujan ke kemarau.

Masa transisi itu mengakibatkan intensitas hujan menurun.

BACA JUGA: Ratusan Rumah Rusak Imbas Puting Beliung Terjang Cirebon dan Sragen

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak mengingatkan masyarakat agar tetap waspada.

Sebab, potensi angin puting beliung cukup besar.

BACA JUGA: Diterjang Angin Puting Beliung, 20 Rumah Rusak di Batam

Puting beliung pada masa penghabisan musim hujan merupakan fenomena biasa.

Panas yang meningkat mengakibatkan suhu permukaan air laut naik.

BACA JUGA: Hujan Es Mengguyur Jakarta, Ini Penjelasan BMKG

Sebagian menjadi uap air dan menggumpal membentuk awan yang berpotensi hujan.

Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Arif Wiyono mengatakan, awan yang paling sering terbentuk adalah kumulonimbus (CB).

Angin itu sering berakhir dengan hujan dan angin lebat, termasuk puting beliung.

''Potensi terjadinya di kawasan pesisir dan berlangsung malam,'' ungkapnya.

Hujan tersebut tidak merata. Artinya, bisa jadi kawasan kota tidak hujan, tapi di pesisir sangat lebat.

Semua itu dipengaruhi pergerakan angin di atas Surabaya. Saat ini pola angin mengarah ke timur dan tenggara.

Pola angin tersebut pertanda pergeseran musim mulai terjadi.

Arif menegaskan, hingga kini Surabaya dan sekitarnya masih masuk kategori musim hujan. Memang, cuaca dan suhu mulai terasa panas.

Namun, berdasar pantauan radar, musim hujan saat ini masih berlangsung.

Panas dan suhu yang meningkat disebabkan intensitas hujan yang berkurang. ''Semua masih termasuk kategori wajar,'' ungkapnya.

Dia menambahkan, suhu yang meningkat bukan disebabkan posisi matahari atau equinox.

Sebab, data pergerakan matahari menyatakan bahwa wilayah Surabaya dan sekitarnya baru mencapai puncak panas pada November.

''Saat ini masih normal dan hujan masih berpotensi terjadi,'' jelas Arif.

Musim kemarau diperkirakan terjadi pada dasarian (10 hari) pertama Juli.

Pada masa itu, lanjut Arif, hujan masih mewarnai Surabaya dan sekitarnya.

Namun, intensitasnya sangat rendah dan hanya terjadi di beberapa tempat. (riq/c7/oni/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bermula Gerimis, Lalu Puting Beliung Menyerang


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler