Haul Bung Karno, Wasiat tentang Tutup Peti Jenazah, Lokasi Makam, & Tulisan di Nisan

Rabu, 21 Juni 2023 – 22:44 WIB
Kompleks makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Foto: dokumentasi DPP PDIP

jpnn.com - Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Ir. Soekarno meninggal dunia pada 21 Juni 1970. Kini, haul wafatnya Proklamator RI itu telah menginjak tahun ke-53.

Jauh-jauh hari sebelum meninggal, Bung Karno -panggilan kondangnya- telah berwasiat soal pemakamannya.

BACA JUGA: Bung Karno, Silsilah dan Pertanda Alam atas Kelahirannya

Tokoh kelahiran 6 Juni 1901itu tidak mau pusaranya dibuat mewah seperti makam Bapak Pendiri India Mahatma Gandhi.

“Teman akrabku, Pandit Jawaharlal Nehru, membangun kuburan Gandhi dengan segala macam hiasan. Ini terlalu mewah,” tutur tokoh berjuluk Putra Sang Fajar itu dalam biografinya yang bertitel 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' karya Cindy Adams.

BACA JUGA: Bung Karno Pernah Kunjungi Uni Soviet, Patungnya Bakal Berdiri di Tepi Sungai Moscow

Bung Karno sudah berpesan kepada para sahabatnya agar makamnya dibuat sederhana. Namun, dia ingin makamnya dilingkupi lingkungan yang indah.

”Aku mendambakan bernaung di bawah pohon yang rindang, dikelilingi alam yang indah, di samping sebuah sungai dengan udara segar dan pemandangan bagus,” pesannya.

BACA JUGA: Bung Karno dan Pance Pondaag

Putra pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai itu ingin peristirahatannya yang abadi berada di antara bukit yang berombak-ombak yang lingkungannya tenang.

“Benar-benar keindahan dari tanah airku yang tercinta dan kesederhanaan dari mana aku berasal,” ujarnya.

Bung Karno pun menyebut lokasi untuk makamnya. Dia ingin dimakamkan di daerah Jawa Barat.

“… aku ingin rumahku yang terakhir ini terletak di daerah Priangan yang sejuk, bergunung-gunung dan subur, di mana aku pertama kali bertemu dengan petani Marhaen.”

Selain itu, Bung Karno juga berpesan soal tutup untuk peti matinya. Dia ingin peti jenazahnya ditutupi bendera Muhammadiyah.

“Adalah selalu menjadi keinginanku agar peti matiku diselubungi bendera Muhammadiyah,” katanya.

Namun, Bung Karno juga mengakui keinginannya soal panji Muhammadiyah untuk tutup peti jenazahnya akan menimbulkan kesulitan. 

Misalnya, ada teman Bung Karno yang menginginkan peti jenazahnya ditutupi bendera Merah Putih. Ada pula yang menginginkan peti jenazahnya diselimuti panji partai.

Oleh karena itu, Bung Karno pun tidak mau soal tutup peti jenazah itu menimbulkan perpecahan. Sebagai tokoh yang selama hidupnya mengupayakan persatuan, Bung Karno tidak mau kepergiannya untuk selamanya justru mengakibatkan perpecahan.

“… jadi, biarlah seluruh bendera partai diselubungkan di atas peti matiku.”

Ada pula pesan lain dari Bung Karno, yakni soal batu nisannya. Dia tidak mau gelarnya yang berderet dipahatkan di nisan makamnya.

Beberapa gelar yang disematkan kepada Bung Karno, antara lain, Paduka Yang Mulia Dr. Ir. H. Raden Sukarno, Presiden Pertama RI, Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, Pemimpin Besar Revolusi, Mandataris MPR, Pemimpin Tertinggi Front Nasional, dan sebagainya.

“Kalau ini terjadi, maka arwahku akan berjalan kembali ke dunia, karena tentu dia takkan bisa beristirahat dengan tenang di bawah semua nama itu. Jangan dibuat monumen yang megah untukku,” wasiatnya.

Bung Karno cuma ingin dimakamkan secara Islam dengan nisan kecil bertuliskan kata-kata sederhana. “Di sini beistirahat Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,” pesannya.

Pada akhirnya Bung Karno tidak dimakamkan di Priangan, tetapi di Blitar, Jawa Timur. Kini pusaranya dinaunngi rumah joglo dengan gapura tinggi berarsitektur Majapahit.

Makam Bung Karno menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Kota Blitar. Dalam setahun, ratusan ribu pengunjung menziarahi pusaranya.(jpnn.com)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Untuk Urusan yang Satu ini, Bung Karno...


Redaktur : Antoni
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler