jpnn.com - BUNG Karno dan Pance Pondaag sama-sama seniman. Bung Karno seniman revolusi, Pance seorang musisi. Keduanya sama-sama pandai buat lagu. Tapi, bukan itu yang sebenarnya mau dikisahkan. Ini dia…
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: AMBOI...Ketika Bung Karno Menggoyang Haryati
Soekarno sudah tertekan. Tapi dia bertahan.
Ini cerita langsung dari Bung Besar saat berpidato di Istana Negara, Jakarta, 17 Agustus 1966…
BACA JUGA: Kisah Orang Indonesia Pertama yang Jadi Juragan Freeport
Tahun 1966 ini kata mereka, ha, eindelijk, eindelijk, at long last (akhirnya), Presiden Soekarno telah dijambret oleh rakyatnya sendiri. Presiden Soekarno telah di-coup. Presiden Soekarno telah dipreteli segala kekuasaannya. Presiden Soekarno telah ditelikung satu triumvirat yang terdiri dari Jenderal Soeharto, Sultan Hamengku Buwono dan Adam Malik.
Ibarat lagu Ku Cari Jalan Terbaik besutan Pance Pondaag, Bung Karno sedang…kucoba bertahan mendampingi dirimu/walau kadang kala tak seiring jalan/kucari dan selalu kucari/jalan terbaik…
BACA JUGA: Sekuel Asmara Pak Harto dan Ibu Tien
"Surat Perintah 11 Maret itu," kata Sang Proklamator, "dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik sorak-sorai kesenangan."
Pada bagian yang lain dari pidatonya hari itu, penulis buku Di Bawah Bendera Revolusi berkata, "dan sekarang pun, pada hari Proklamasi sekarang ini, mereka kecele lagi. Lho, Soekarno masih Presiden? Lho, Soekarno masih Pemimpin Besar Revolusi? Lho, Soekarno masih mandataris MPRS? Lho, Soekarno masih Perdana Menteri? Lho, Soekarno masih berdiri lagi di mimbar ini…"
Si Bung menjelaskan, SP 11 Maret adalah satu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannnya pemerintahan.
Dan juga, perintah pengamanan keselamatan pribadi presiden, perintah pengamanan wibawa presiden, perintah pengamanan ajaran presiden
senyum dan tawa hanya sekadar saja/sebagai pelengkap sempurnanya sandiwara…
"Jenderal Soeharo telah mengerjakan perintah itu dengan baik. Dan saya mengucap terima kasih kepada Jenderal Soeharto," tandas Bung Karno. Pada bagian yang ini hadirin bertepuk-sorak.
Soekarno cepat melanjutkan, "perintah pengamanan, bukan penyerahan pemerintah! Bukan transfer of authority."
Seketika hening. Tak ada lagi riuh rendah.
Lagu Pance kembali mengalun…kemesraan antara kita berdua/sesungguhnya keterpaksaan saja…
"Dikiranya SP 11 Maret adalah satu penyerahan pemerintah! Dikiranya SP 11 Maret itu satu transfer of authority. Padahal tidak!" seru Bung Karno.
Dalam tempo yang ini, Bung Karno sudah kehilangan kawan yang sebenar-benarnya kawan.
Mencuplik lagu 12 November karya anonim, dia dalam keadaan…berpuluh kawan di tiang gantungan, beratus-ratus melayang jiwanya. Laki dan istri dalam buangan. Beribu-ribu di dalam penjara.
Menjelang ujung pidatonya hari itu, Bung Karno mengakui, "Ya, saudara-saudara, Republik Indonesia, ia betul-betul laksana perahu yang mengarungi samudera topan yang amat dahsyat."
Dan siapa pula sangka, itulah terakhir kali Bung Karno berpidato di mimbar 17 Agustus, perayaan hari kemerdekaan Indonesia.
Tujuh bulan kemudian, 12 Maret 1967, sidang MPRS menanggalkan seluruh jabatannya, "mencukurnya sampai gundul". (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 7 Desember Hari Pers Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi