HET Bensin Ditetapkan Rp 8 Ribu Per Botol

Rabu, 21 Mei 2014 – 00:46 WIB

jpnn.com - TALISAYAN - Harga bensin eceran yang menembus angka Rp 10 ribu per botol di Kecamatan Talisayan, Berau, Kaltim, terus dikeluhkan warga. Harga tersebut dinilai sangat tidak wajar, mengingat harga bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) hanya Rp 6.500 per liter.

Persoalan itu pun ditanggapi serius Pemerintah Kecamatan dan Kampung Talisayan. Bersama unsur Muspika, Pemerintah Kecamatan, dan Kampung Talisayan, Senin (19/5) lalu, digelar pertemuan untuk membahas persoalan itu dan menentukan harga eceran tertinggi (HET) untuk premium.

BACA JUGA: PLN Janji Ramadhan Krisis Listrik Usai

Pertemuan yang digelar di ruang rapat kantor Kepala Kampung Talisayan itu juga dihadiri puluhan pedagang eceran di Kampung Talisayan.

Kepala Kampung Talisayan Yamsir menilai harga premium eceran yang mencapai Rp 10 ribu per botol sangat tidak wajar. Sebab, harga premium di SPBU atau APMS hanya Rp 6.500 per liter. Sehingga, menurutnya, persoalan itu perlu segera dicarikan solusinya, agar tidak meresahkan masyarakat. Apalagi, kondisi ini sudah sering dikeluhkan masyarakat.

BACA JUGA: Mabes Polri Sudah Tahu Kasus Tangkap Lepas Perkara Narkoba di Sumut

“Terus terang, banyak keluhan dan laporan dari masyarakat yang disampaikan ke saya terkait harga bensin eceran ini. Jadi perlu kita tanggapi serius dan carikan solusinya,” kata Yamsir kemarin.

Pertemuan yang menghadirkan para pedagang eceran itu bukan untuk mencari kesalahan pengecer. Tetapi, mencari solusi terbaik, bagaimana supaya harga bensin eceran di Talisayan tidak memberatkan masyarakat.

BACA JUGA: PSK dan Mucikari Mulai Tolak Penutupan Dolly

“Jangan sampai kita yang ada APMS-nya tapi harga bensinnya mahal. Sehingga masyarakat tidak bisa menikmati harga yang sewajarnya. Jadi kita perlu membahas harga bensin yang sudah tidak wajar ini,” ujarnya.

Hal yang sama diutarakan Camat Talisayan Abdurrahman. Menurutnya, saat ini di Kecamatan Talisayan sama seperti mengalami krisis BBM. Pasalnya, masyarakat cukup kesulitan memperoleh BBM bersubsidi terutama jenis premium, padahal di Talisayan sendiri sudah terdapat APMS.

Kondisi ini tak lain karena untuk mendapatkannya, masyarakat harus membeli dengan harga tinggi. Sementara, untuk membeli di APMS juga tidak bisa, karena dipenuhi para pengetap sehingga harus mengantre lama.

Bahkan, Abdurrahman mengaku, sebenarnya merasa iri dengan wilayah lain yang bisa menjual bensin eceran dengan harga rendah. “Di Biatan misalnya, harga BBM bisa murah, padahal tidak ada APMS-nya. Kita sampai sekarang masih sama seperti krisis BBM, karena banyak keluhan masyarakat. sehingga sudah saatnya kita menentukan harga eceran yang wajar,” tutur Abdurrahman.

Pemerintah kecamatan menginginkan masalah harga bensin eceran ini segera diselesaikan. Dia menginginkan kondisi itu berjalan dengan baik tanpa ada pihak yang merasa dirugikan, baik itu masyarakat ataupun pedagang bensin eceran.

“Kan kasihan juga masyarakat. Kalau kondisi ini terus-terusan terjadi, dampaknya akan dirasakan ribuan masyarakat Talisayan,” katanya.

Oleh karena itu, demi kepentingan bersama, dia berharap ada kesepakatan antara pemerintah dan pedagang bensin eceran menentukan HET di wilayah Talisayan. “Kita punya APMS, tapi masyarakat merasakan harga yang mahal. Ini kan sama saja tidak ada APMS. BBM eceran dijual seenaknya. Jadi ini yang ingin kita atur,” ujarnya.

Dari pantauan Berau Post (Grup JPNN), meski jalannya rapat terjadi dialog yang cukup panjang, namun tidak ada perdebatan yang terjadi. Pemerintah kecamatan, kampung, unsur Muspika, dan pedagang sepakat HET untuk premium turun menjadi Rp 8 ribu dari Rp 10 ribu per botol. Kesepakatan itu tertuang dalam berita acara dan berlaku sejak surat edaran dikeluarkan hari ini. (har/fir)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakai Jas, Bupati Belanja di Pasar Tradisional untuk Yakinkan Masyarakat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler