Hidupkan yang Mati, Dahlan Ingin Bermalam di Bacan

Sabtu, 30 Agustus 2014 – 05:09 WIB

jpnn.com - TERNATE – Wilayah Halmahera Selatan, terutama Bacan benar-benar menarik perhatian Menteri   Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan untuk mengembangkan usaha perikanan.

Kepada wartawan Malut Post (Grup JPNN), Dahlan mengatakan dirinya memilih bermalam di Bacan karena begitu pentingnya kedudukan Bacan dalam pengembangan usaha perikanan secara nasional.  

BACA JUGA: Wisatawan Sepi, Pengusaha Hotel Terancam Gulung Tikar

“Saya tahu listrik sangat terbatas  di sana (Bacan), saya tahu pelabuhannya juga tidak mencukupi dan saya tahu belum ada pabrik es. Nah justru itu menantang sekali sehingga saya pengen menginapnya di Bacan. Juga agar saya lebih fokus,” kata Dahlan di VVIP Bandara Sultan Babullah kemarin (29/8).

Dahlan menuturkan dirinya menginginkan adanya perubahan yang besar terjadi. Namun untuk memulainya, lanjut Dahlan, harus berawal dari yang kecil.

BACA JUGA: Kembangkan Infrastruktur Gas, PGN Dapat Pinjaman USD 650 Juta

”Saya pengennya yang besar, tapi kita realistis saja. Kita mulai yang betul-betul bisa dilakukan. Jangan mimpi besar tapi gak bisa dilaksanakan,” kata Dahlan.  

Dia mengisahkan  BUMN dulu mempunyai enam perusahaan perikanan namun semuanya telah mati sekitar 20 tahun yang lalu dan meninggalkan utang yang cukup besar.

BACA JUGA: Pertamina Klaim 95 Persen Antrean di SPBU Sudah Berkurang

“Saya jadi menteri BUMN, satu per satu kita coba hidupkan. Ternyata bisa,” ujarnya.

Perusahaan perikanan pertama kali dihidupkan adalah di Bitung, Sulawesi Utara. Selanjutnya di Ambon dan Bali yang saat ini telah melakukan ekspor kecil-kecilan.

”Menghidupkan tiga ini memberikan kepercayaan diri. Ternyata perusahaan yang sudah mati bisa dihidupkan kembali. Itupun kalau kita mau kerja yang benar,” tuturnya. Setelah tiga perusahaan telah hidup, lanjut  Dahlan, BUMN  kemudian mencoba membangun perusahan perikanan di lokasi yang  lebih sulit lagi yakni di Sorong Papua Barat.

“Dari hasil kerja keras, ternyata perusahaan yang ada di Sorong juga bisa dihidupkan dan sekarang juga sudah bisa ekspor kecil-kecilan,” ujar Dahlan.

Bacan sendiri, lanjut Dahlan, adalah rangkaian dari empat usaha perikanan BUMN tersebut.

“Nah setelah kita punya empat jangkar (perusahaan di empat lokasi), kita pengen membangun sesuatu yang lebih besar di banding yang empat itu. Kita pilih, kita baca sejarahnya, kita baca potensi wilayah, kita baca potensi bawah lautnya ternyata Bacan yang bisa ditetapkan untuk dilakukan pembangunan perusahaan ikan yang lebih besar,”jelasnya.

Dia menerangkan hasil analisis BUMN menetapkan  Bacan sebagai pusat perikanan Indonesia timur. “Ini kebijakan BUMN. Bukan berarti semua instansi ikut menyepakati apa yang telah ditetapkan BUMN. Bisa saja nanti Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan di tempat lain dan kemudian pihak swasta juga menetapkan di tempat lain,” katanya.

Dahlan mengatakan, BUMN menetapkan pusat perikanan di Bacan karena BUMN menginginkan Bacan merupakan pusat perikanan terbesar.

”Dan kondisi Bacan, membuat saya tertantang. Karena itu, saya bermalam di Bacan. Bukan di Ternate. Di Bacan juga, saya tidak mau rapat-rapat,” tandasnya.

"Salah satunya, ialah program penerapan teknologi modern untuk melakukan penilaian ikan yang akan diekspor. Kita akan menggunakan teknologi,” kata Dahlan.

Dalam konteks ini, lanjut Dahlan, BUMN akan selalu bersama nelayan. “BUMN tidak punya nelayan. Sehingga BUMN tidak mau lagi mengulangi sejarah lama di mana semuanya mau ditangani sendiri, toh nggak jalan. Jadi kita tetap bekerja sama dengan nelayan,” pungkasnya.(cr-9/fai)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementerian PU Targetkan 2019 Setiap Penduduk Kota Punya Rumah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler