Hiii, Buaya Sering Muncul di Permukiman, Ternyata...

Selasa, 01 September 2015 – 16:53 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - BONTANG – “Konflik” antara satwa liar dengan manusia dianggap sebagai konsekuensi atas terganggunya habitat. Wilayah jelajah hewan-hewan buas itu banyak yang berubah menjadi kawasan permukiman, bahkan industri. Kini, pemerintah harus membahas solusi agar habitat manusia dan hewan berdarah dingin tersebut, bisa hidup saling berdampingan. 

"Karena ini risiko perkembangan zaman, wilayah jelajah yang tergerus pembangunan, solusinya harus bisa hidup berdampingan," jelas, Erly Sukrismanto, kepala Balai Taman Nasional Kutai (TNK), Kalimantan Timur, Senin (31/8) kemarin.

BACA JUGA: Hiii..Takut! Hilang di Air Terjun, ABG Diduga Diculik Setan

Dia mengakui, intensitas kemunculan buaya di Kota Taman dapat dikatakan sering. Khususnya sejumlah titik lokasi yang telah dipetakan sebelumnya. Seperti Kelurahan Bontang Kuala, Api-Api, Guntung, hingga Kelurahan Kanaan.

Titik itulah, yang menurutnya menjadi dasar pembentukan tim khusus yang ditempatkan di setiap kelurahan. Tim itulah yang akan berkoodinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan TNK ketika buaya muncul.

BACA JUGA: Heboh! Orok Bayi Mengapung di Sungai

"Sebenarnya, masalah buaya adalah tanggung jawab Balai KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Kaltim. Tapi karena berada di wilayah kami, akhirnya kami tangani. Saat ini, koordinasi dengan BLH serta tim khusus di kelurahan telah berjalan," tuturnya.

Diungkapkan, penyebab kemunculan buaya di wilayah permukiman penduduk meliputi banyak hal. Di antaranya merupakan wilayah jelajah yang telah tergerus pembangunan. Karena, kata dia, satwa memiliki memori. Namun dia memastikan, buaya tidak akan menyerang ketika tidak merasa terancam.

BACA JUGA: Pasar Malam Dibubarkan Polisi

"Ketika buaya merasa terancam, dia akan melakukan perlawanan. Mungkin, korban yang mengalami serangan ini, membuat sang buaya terkejut. Padahal, dalam posisi kaget, buaya memegang prinsip hukum rimba: siapa kuat, dia menang," bebernya.

Menyikapi fenomena tersebut, dia mengajak seluruh pihak terkait untuk mempelajari tentang perilaku serta kebiasaan buaya. Baik buaya jenis muara, atau pun buaya air tawar.

"Umumnya, di Bontang dan Kutim dihuni buaya muara. Yang dikenal dengan keganasannya. Makanya, dalam hal ini, butuh perhatian bersama," tukasnya.

Terkait kawasan industri pun demikian. Erly menyarankan, agar mulai menganalisa dan mempelajari wilayah perusahaan ketika dicurigai menjadi daerah jelajah satwa liar tersebut.

"Perusahaan harus memetakan titik rawan. Kalau diidentifikasi sering muncul buaya, mestinya bisa diberikan tanda larangan. Lengkap dengan waktu kemunculan yang telah dikaji sebelumnya," tukasnya. (in)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dituding tak Punya Izin, Ini Pembelaan Pengelola San Diego Hills


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler