jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menerima kunjungan Dewan Pengurus Pusat Forum Ulama dan Habaib (Fuhab) pimpinan KH Lutfi Zawawi dan Habib Abdullah bin Husin Al Attas.
Kunjungan ini dilakukan untuk bersilaturahmi, halalbihalal, dan menyampaikan aspirasi.
BACA JUGA: Kedubes Inggris Kibarkan Bendera LGBT di Jakarta, Ustaz HNW Merespons Begini, Keras!
HNW, sapaan akrab Hidayat Nur Wahid, mengapresiasi kunjungan tersebut sebagai bukti pertalian erat antara unsur keumatan dan kebangsaan.
“Kedatangan para ulama dan habaib ke ruang kerja kami di MPR RI menegaskan kembali bahwa Indonesia sejak dulu merupakan kebersamaan antara pimpinan bangsa dengan para ulama dan habaib sehingga seharusnya selalu dijaga," ungkapnya.
BACA JUGA: Kedubes Inggris Mengibarkan Bendera LGBT, HNW: Bertentangan dengan Pancasila
Misalnya dengan narasi yang memisahkan antara identitas kebangsaan dan keagamaan.
Hal itu dikatakan Hidayat setelah menerima kunjungan Fuhab di ruang kerja wakil ketua MPR RI, Selasa (24/5).
BACA JUGA: HNW Desak Pemerintah dan DPR Segera Mengisi Kekosongan Hukum soal LGBT
Karena itu, HNW menyambut baik dan siap memenuhi undangan kegiatan latihan dasar kepemimpinan yang diselenggarakan Fuhab kepada para ulama dan habaib se-Indonesia.
Yang diminta FUHAB adalah sosialisasi 4 Pilar MPR RI yang menandakan keinginan kuat agar mereka makin memahami dan mencintai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
HNW menyebutkan ada peran ulama dan habaib dalam perjuangan bangsa Indonesia.
Mereka menciptakan lagu perjuangan Indonesia Merdeka yang diciptakan Habib Husein Mutahar.
"Kemudian, mengeluarkan fatwa dan amanat jihad untuk menyelamatkan Indonesia merdeka serta bersama TNI melawan pemberontakan PKI,” lanjutnya.
Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini mendukung Fuhab untuk makin aktif mengkaji dan menjelaskan fakta soal keterkaitan antara keislaman dengan keindonesiaan.
"Jangan sampai perjalanan sejarah bangsa dibelokkan sehingga terjadilah indonesiafobia karena umat mengira bahwa Indonesia adalah negara pemberian penjajah yang sekuler dan tidak ada peran ulama dan habaib sehingga layaknya hanya dijauhi atau dimusuhi," sambungnya.
Selain itu, mengingatkan agar tidak terjadi islamofobia, salah paham tentang Islam di Indonesia, karena mengira ulama, habaib, dan umat Islam hanya layak dicurigai dan tidak diberi peran berarti.
"Padahal, bersama seluruh komponen pejuang bangsa, ulama, habaib, dan umat sudah banyak berkontribusi dan berjasa untuk Indonesia," ungkapnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi