jpnn.com, JAKARTA - Ketua Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengatakan, hoaks yang disampaikan Ratna Sarumpaet membuka mata bahwa media sosial masih banyak digunakan menyebar berita bohong, khususnya menjelang tahun politik.
“Fakta yang ada jauh lebih memprihatinkan. Media sosial masih digunakan untuk menyebarkan politik kebencian yang dikhawatirkan bisa mengoyak persaudaraan bahkan menjurus ke arah konflik sosial di tengah minimnya tingkat literasi masyarakat,” ujar Septiaji, Senin (8/10).
BACA JUGA: Cara Kemenpora Tangkal Hoaks di Tataran Pemuda
Septiaji mengungkapkan, dalam catatan Mafindo, selama September 2018 ada 86 topik hoaks.
Sebanyak 59 di antaranya adalah hoaks terkait politik. Dari 59 itu, ada 52 terkait Pilpres 2019.
BACA JUGA: Ratna Sarumpaet Siap Ladeni Laporan Gerindra
Dia menyesalkan maraknya hoaks politik di media sosial sehingga perhatian masyarakat kepada hal yang jauh lebih penting menjadi teralihkan.
“Hoaks politik ini sempat mengambil alih panggung opini publik yang tentu mencederai perasaan masyarakat terdampak bencana. Sebab, ketika mereka seharusnya mendapatkan perhatian utama dari publik pascabencana, justru masyarakat diajak bertengkar untuk isu yang tidak penting,” imbuh Septiaji.
BACA JUGA: Pengamat Sebut Gaya Kampanye Prabowo-Sandi Kian Membosankan
Menurut Septiaji, masyarakat harus bisa berperan aktif membersihkan konten negatif di media sosial dengan bersama-sama melakukan siskamling digital.
Caranya dengan melaporkan jika ada konten bermasalah, baik ke Facebook, Twitter, Instagram, Kementerian Kominfo melalui aduankonten.id, Bawaslu, dan Polri.
Dia menambahkan, masyarakat juga wajib menggalakkan kegiatan bersama satu hari tanpa hoaks (hoaks free day).
“Di era digital ini jangan sampai kita mengenal masyarakat lain yang beragam hanya sepotong dari media sosial. Kita harus mengenal sepenuhnya dari pertemuan dan tatap muka,” kata Septiaji. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Laporkan Ratna Sarumpaet ke Polda Metro Jaya
Redaktur : Tim Redaksi