Honor tak Seberapa, Nyawa Melayang setelah Dipukul Siswa

Minggu, 04 Februari 2018 – 07:41 WIB
Pembina Pramuka SMA Maarif 1 Pamekasan Fadoli melakukan tabur bunga di atas foto almarhum Achmad Budi Cahyanto. Foto: MAM S. ARIZAL/Jawa Pos Radar Madura

jpnn.com, SAMPANG - Kasus murid SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, inisial HZF yang memukul gurunya, Achmad Budi Cahyanto, hingga meninggal dunia, mendapat perhatian luas masyarakat.

Pengamat pendidikan Achmad Muhlis menilai, peristiwa memalukan tersebut mengindikasikan telah terjadi pergeseran nilai dalam pendidikan.

BACA JUGA: Sinta Sangat Rindu Sosok Pak Guru Humoris Itu

Siswa zaman sekarang kurang hormat kepada guru. Padahal, kebiasaan orang Madura sejak dulu sangat menghormati guru.

”Ini mencoreng budaya dan potret pendidikan di Madura. Padahal, di Madura istilah buppa’, babbu’, guru, rato sangat melekat dan menjadi pegangan sejak dahulu,” kata pemenang Madura Awards kategori pendidikan tersebut, Jumat (2/2).

BACA JUGA: Pak Guru Sempat Menangkis, tapi Pukulan Kedua Mematikan

Menurut dia, maraknya perlawanan kepada guru juga menjadi implikasi dari undang-undang perlindungan anak. Anak atau orang tua tidak begitu paham mengenai undang-undang. Seolah-olah siswa memiliki kekuatan besar untuk melawan.

Padahal, kata dia, undang-undang itu untuk melindungi anak, bukan untuk disalahartikan yang berakibat guru tidak bisa berkutik untuk memberikan punishment.

BACA JUGA: Siswa Penganiaya Guru Tak Akan Lolos dari Hukuman

”Undang-undang diberlakukan agar tidak semena-mena mendidik peserta didik. Tapi terkait tindakan guru di Sampang, itu masih sangat wajar karena tidak ada penyiksaan fisik (guru hanya memoleskan cat air ke pipi HZF, red). Anak itu menyikapinya berlebihan,” tegasnya.

Dia berharap dinas pendidikan (disdik) semakin menguatkan pendidikan karakter dan kejadian serupa tidak terjadi lagi. Kejadian di Sampang harus menjadi pemicu untuk semakin memperhatikan etika siswa.

”Akhir 2017 di Pamekasan juga ada siswa yang bawa senjata tajam ke sekolahnya. Penyebabnya karena HP siswa itu dirampas guru,” terangnya.

GTT di Pamekasan juga ikut mengecam tindakan siswa tersebut. Pelaku harus diproses secara hukum. Sebab, tindakan siswa tersebut juga menyakiti ribuan guru di Madura.

”Dia (Achmad Budi Cahyanto, Red) mengajar penuh dengan keikhlasan. Honor yang diterimanya tidak seberapa. Kami ikut prihatin dan mendoakan semoga almarhum ditempatkan di surga-Nya,” kata Nursyidi, guru GTT Pamekasan.

Kepala Disdik Pamekasan Moch. Tarsun berjanji akan meningkatkan penguatan pendidikan karakter. Pihaknya bakal menginstruksi kepala sekolah agar pendidikan akhlak dimaksimalkan.

”Selama ini pendidikan karakter telah kami maksimalkan. Tidak hanya melalui guru, tapi juga melalui pihak-pihak terkait. Kami ikut menyayangkan perilaku siswa tersebut,” pungkasnya. (sin/luq)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswa Penganiaya Guru Diminta Tetap Ikut Ujian


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler