jpnn.com, JAKARTA - Guru honorer di seluruh Indonesia merasa sakit hati dengan perlakuan pemerintah terhadap mereka.
Sangat jauh berbeda dengan perlakuan terhadap guru garis depan (GGD).
BACA JUGA: Mendekati Masa Pensiun, Ratusan Honorer K2 Semakin Galau
Tahun ini 6000-an GGD sudah dilepas pemerintah ke daerah pengabdian.
"Honorer di seluruh Indonesia hatinya tercabik-cabik manakala melihat GGD disambut bak pahlawan. Mereka diperlakukan sangat istimewa. Sedangkan kami, hanya bisa melihat GGD ini dengan hati berkecamuk," kata Ketum Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Titi Purwaningsih kepada JPNN, Selasa (10/10).
BACA JUGA: Bapak Ibu Honorer K2, Sabar ya
Titi khawatir GGD yang sebagian besar bukan penduduk setempat tidak akan betah mengabdi di wilayah pengabdiannya. Berbeda dengan honorer yang sudah mengabdikan diri belasan tahun di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
"Apa pemerintah jamin, pengabdian GGD ini akan setulus kami? Kami sudah belasan hingga puluhan tahun mengabdi dengan bayaran minim. GGD tunjangannya sangat fantastis," sergahnya.
BACA JUGA: Rekrut Pelamar Umum, Honorer Tuding MenPAN-RB Ingkar Janji
Pemerintah, lanjutnya, seharusnya memberikan penghargaan kepada guru honorer atas pengabdiannya lewat pengangkatan CPNS. Bukannya membalas pengorbanan honorer dengan merekrut GGD yanh belum teruji kesetiaannya kepada daerah pengabdiannya.
"Kami tidak musuhi GGD, cuma kami pesimistis mereka akan bertahan seperti kami. Kami penduduk asli dan terbiasa dengan kondisi lapangan. Apakah kami hanya dijadikan cadangan lagi bila GGD ini tidak kuat bertahan," serunya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukti Presiden Jokowi tak Hanya Fokus Infrastruktur Fisik
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad